Kupi Beungoh
“Acehnya” Almarhum Sarwono Kusumaatmaja: Laot, Blang, Uteun
Sulit membayangkan keberadaan lembaga panglima laot Provinsi Aceh yang hari ini eksis dan bangkit tanpa dikaitkan dengan nama Sarwono Kusumaatmaja.
Pada tahun 2001, atas perintah Sarwono, melalui Mustafa uang penjualan hasil sitaan itu sebesar 11.900.000.000 dititipkan ke kas pemda Aceh untuk digunakan untuk kepentingan nelayan Aceh.
Uang itu kemudian menjadi cikal bakal lahirnya sebuah yayasan yang memberi perhatian besar kepada nelayan, terutama kepada pengembangan sumber daya manusia, khusus pendidikan anak nelayan.
Yayasan Pangkai Meurunoe Aneuk Nelayan (YPMAN) kemudian terus berkembang.
Dari modal awal 11.900.000.000 rupiah, dana itu terus bertambah dengan perhatian dan keputusan Mustafa Abubakar ketika menjadi pejabat gubernur Aceh, ia meyakinkan Menko Kesra untuk mengalokasikan bantuan yang kemudian disetujui sebesar 44.707.100.000 rupiah.
Dana itu kemudian bertambah lagi dengan bantuan dari mahasiswa Inggris sebesar 6.906.9003.
Sampai dengan tahun 2008, dana itu telah berkembang dan berjumlah 56 614.066.093 rupiah.
Hari ini, uang YPMAN itu telah beranak pinak dan pada tahun buku 2022, jumlah uang yayasan telah mencapai 75.539.038.918 rupiah.
Apa yang telah dilakukan oleh YPMAN untuk anak nelayan juga tak kurang penting dan menarik.
Sampai dengan tahun ajaran 2023, tidak kurang dari 47.508 anak nelayan telah mendapatkan bantuan pendidikan dari YPMAN.
Distribusi dari bantuan pendidikan itu porsi terbesarnya ada pada pendidikan dasar, mendekati 20.000 anak, lebih dari 13.000 pendidikan menengah pertama, lebih dari 9.000 pendidikan menengah atas, dan lebih dari 4.500 untuk pendidikan strata 1. Ada beberapa mahasiswa S2 dan S3 anak nelayan yang mendapat bantuan yang serupa.
Apa yang paling penting untuk dicatat dari seorang Sarwono tentang capaian YPMAN itu adalah keterlibatannya secara tak langsung ketika ia menjabat menteri, dan keterlibatannya secara langsung dalam yayasan ketika ia pensiun.
Ia rela menjadi anggota dewan pembina yayasan yang dipimpin oleh Mustafa Abubakar.
Tidak hanya itu, Sarwono juga “mewakafkan” dirinya untuk menjadi salah seorang pembina penting nelayan Aceh dengan menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Panglima Laot Aceh.
Di usianya yang sudah tua, ia rela terbang ke Aceh, baik untuk keperluan rapat penting yayasan, maupun untuk kepentingan nelayan.
Kehadirannya tidak hanya berkontribusi untuk kemajuan yayasan memajukan pendidikan anak nelayan, tetapi juga menjadi ajang komunikasi dan motivasi bagi para nelayan Aceh.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.