Kupi Beungoh
Khutbah di Masjid Istiqlal: Bernegara dengan Amanah
Sesungguhnya bertahannya umat selama akhlak mereka ada, bila akhlak mereka hilang, merekapun akan sirna”.
Oleh: Dr Tgk Amri Fatmi Lc MA*)
KHUTBAH Sholat Jumat ini disampaikan di Masjid Istiqlal Jakarta, 9 Juni 2023. Isi khutbah diulas berjudul MERAWAT negeri dengan akhlak.
Kita butuh merawat negeri ini dan memperbaiki kehidupan dengan banyak pengamalan akhlak mulia.
Tidak ada pilihan lain. Sebagaimana kata penyair Arab Ahamad Syauqi :
إنما الأمم أخلاقهم ما بقيت فإن همو ذهبت أخلاقهم ذهبوا
“Sesungguhnya bertahannya umat selama akhlak mereka ada, bila akhlak mereka hilang, merekapun akan sirna”.
Kita meyakini bahwa sisi akhlak adalah sisi keistimewaan manusia.
Serta hidup dengan akhlak yang mulia merupakan tujuan dari ajaran islam serta diutusnya Rasul oleh Allah.
Kita sering mendengarkan Hadis Nabi SAW :
«بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ حُسْنَ الْأَخْلَاقِ»
"Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia" (Imam Malik)
dalam riwayat imam Bukhari dalam kitab al-Adab dan Al-Suyuthi dalam Jami' As-Shaghir hadisnya berbunyi :
إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق
" Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak shaleh"
Dan Rasulullah mengajarkan kita bahwa puncak kesempurnaan iman seseorang pada sempurnanya akhlak,sebagaiamana sabda Beliau :
أكْملُ المؤمنينَ إيمانًا أحسنُهُم خلقًا (الترمذي)
Artinya : Orang mukmin yang paling sempurna iman adalah yang paling baik akhlak mereka. (Tirmizi)
Inilah dimensi istimewa insan.
Kita pahami bahwa adanya dimensi insaniyah yang luhur inilah yang melahirkan tindakan Akhlaki pada diri manusia. sebagian pemikir menyatakan bahwa tindakan yang bernilai akhlak tak lain adalah tindakan wajib.
Wajib yang bermakna akhlaki. Hukum akhlaki ini tidak didasarkan pada maslahat, kepentingan atau laba untung, tapi didasarkan pada fitrah insaniyah manusia yang jauh dari dimensi materi dan kalkulasi angka.
Itulah akhlak yang menghiasi tidakan manusia, persis seperti ukiran seni yang menghiasi bebatuan atau tembok bangunan yang menjadikannya bernilai estetika tinggi.
Berbicara masalah tindakan bernilai akhlak, seseorang tidak bisa bersikap netral. Dia tidak bisa memilih jalan tengah antara berkata jujur atau berdusta, atau mencampur aduk keduanya dalam sikap hipokrasi.
Manusia bisa saja berbuat dengan cara yang berbeda, namun mereka akan sama saat berbicara tentang keadilan, kebenaran, kejujuran dan persamaan. Para Nabi, pahlawan telah mempertaruhkan hidup mereka demi nilai-nilai tersebut atas dasar kecintaan jujur dan ikhlas mereka terhadap kebenaran.
Sementara ada golongan manusia lain terkadang sering mempertahankan nilai tersebut secara hipokrit atas dasar kepentingan yang ingin di belanya. Kalau mampu kita merawat negeri ini atas dasar akhlak yang memiliki persamaan bahasanya antar sesame manusia, maka akan banyak permasalahan negeri terselesaikan dengan cepat.
Sebaliknya, terpampang di depan kita terkadang sikap hipokrasi yang dipraktikkan manusia sebagai tindakan akhlak yang palsu.
Kenapa sikap hipokrasi ini muncul dalam masyarakat tertentu dan menjadi warna kehidupan mereka? Sikap hipokrasi ini justru menunjukkan bahwa manusia tidak mampu hidup dan bertindak benar kecuali harus berlandaskan pada akhlak.
Menimbang Hukum Islam atas Penjarahan Saat Aksi Massa |
![]() |
---|
25 Tahun BPKS Sabang Masih Mimpi: Ekspor Nihil, Dermaga Sepi, Visi Tinggi |
![]() |
---|
Islam Kontemporer: Dari Ortodoksi ke Transformasi Sosial |
![]() |
---|
Refleksi Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H: Uswatun Hasanah Karakteristik Mulia Rasulullah |
![]() |
---|
Saatnya Prabowo Bawa Indonesia Bangkit dari Kegelapan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.