Jurnalisme Warga

Meuramien di Eks Zona 1 Konflik Aceh

Tingkat kepedulian ini pula menjadikan saya tertarik dan merasa sangat puas berkunjung ke Krueng Kareung Gla.

Editor: mufti
IST
MUHAMMAD, Dosen Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (Uniki), Direktur Pesantren Mahasiswa Jami’ah Kebangsaan, dan Anggota FAMe Chapter Uniki, Bireuen, melaporkan dari Jiem-Jiem, Pidie Jaya 

Di objek wisata Krueng Kareung Gla tidak ada penjaga khusus seperti pada pantai-pantai di kota besar. Pedagang sekaligus menjadi pengelola di lokasi tersebut.

Uniknya wisata alam di pelosok adalah rasa sosial atau kepedulian sesama pengunjung masih sangat tinggi. Masyarakat yang sudah berpengalaman tanpa diminta  akan memberitahukan lokasi-lokasi dan titik yang cocok untuk pengunjung yang membawa anak-anak maupun lansia. Saling tutur sapa meskipun tak saling kenal, berbagi makanan, bahkan saling menasihati untuk tidak membuang sampah ke sungai, kerap dilakoni para pengunjung.

Sejauh yang saya amati, tak ada satu pun yang merasa marah atau tersinggung dengan teguran maupun nasihat yang diberikan pengunjung maupun pengelola.

Tingkat kepedulian ini pula menjadikan saya tertarik dan merasa sangat puas berkunjung ke Krueng Kareung Gla.

Selain ramah lingkungan dan ‘safety’ yang baik, wisata Krueng Kareung Gla juga sangat ramah kantong. Pengunjung hanya membayar uang parkir. Untuk roda empat Rp10.000 dan roda dua Rp5.000. Harga yang dibayarkan juga setimpal dengan keamanan kendaraan yang terjamin dan serius dijaga selama berada di lokasi wisata. Pengunjung diperbolehkan pula membawa makanan dari rumah untuk dimakan bersama-sama dengan keluarga di pinggir sungai dengan tetap memperhatikan keasrian lingkungan dan tidak membuang sisa makanan  ke sungai.

Bagi pengunjung yang ingin duduk lesehan atau di rangkang tak perlu membayar lebih, hanya memesan makanan ringan seperti kopi, jus, dan makanan ringan lainnya sesuai selera.

Wisata alam Krueng Kareung Gla ini terbuka untuk umum, dibuka setiap hari kecuali pada hari Jumat.

Sementara itu, bagi masyarakat yang menyukai keramaian direkomendasikan untuk berkunjung pada hari libur seperti Sabtu dan Minggu. Adapun hari libur nasional seperti Lebaran, wisata Krueng Kareung Gla dibuka mulai Lebaran kedua sampai seterusnya dengan total pengunjung mencapai ribuan orang. Rata-rata pengunjung adalah keluarga dengan membawa anggota keluarganya masing-masing.

Keunikan lain dari wisata Krueng Kareung Gla sebagaimana disampaikan salah seorang pengunjung, Cubo dan Jiem-Jiem ini sejak dari kecil familier di telinga masyarakat Pidie Jaya dan sekitarnya, bukan karena daya tarik wisatanya, melainkan justru karena zona 1 konflik Aceh.

Maklum, di kawasan ini sering terjadi kontak senjata, bahkan Teungku Abdullah Syafi'i pun tertembak dalam sebuah penyergapan pasukan TNI di kawasan Jiem-Jiem ini pada 22 Januari 2002.

Jadi, mendengar nama Jiem-Jiem saat itu kerap membuat orang takut dan ngeri.

Tapi itu dulu. Sekarang sudah damai, makanya warga leluasa berkunjung dan ingin melihat wilayah Cubo, Jiem-Jiem, dan sekitarnya tanpa merasa takut lagi.

"Sesampai di sini terbayar semua kekhawatiran kami selama ini, ternyata begitu indah ciptaan Allah dan terima kasih untuk para syuhada yang sudah gugur mempertahankan marwah Aceh," ujar sang pengunjung .

Melalui reportase ini, sebagai putra daerah Pidie Jaya (Lhok Pu'uk), kami berharap Pemkab Pidie Jaya terus memperhatikan dan merawat objek wisata kecil, menengah, maupun besar agar masyarakat dapat menikmati keasrian alam Aceh yang ditinggalkan oleh leluhur kita dengan menjaganya secara bersama-sama. muhammadromy72@gmail.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved