Ruang Bahasa
Mengubah Idul Fitri Menjadi Idulfitri, Bathin Menjadi Batin
Soalnya, berkaca pada pengalaman yang sudah-sudah, kesalahan kita berbahasa justru paling banyak terjadi di saat-saat menjelang
Sebagai contoh, fonem konsonan bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf, dalam pedoman transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan huruf dan sebagian dilambangkan dengan tanda, dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf dan tanda sekaligus.
Berikut ini daftar huruf Arab yang dimaksud dan transliterasinya dengan huruf Latin:
- ta, tha --> t (dibaca te)
(huruf ke-3 dan ke-16 Arab)
- sa, sin, sad --> s (dibaca: es)
(huruf ke-4, ke-12, dan ke-14 Arab)
- syin --> sy (dibaca: es dan ye)
(huruf ke-13 Arab)
- kha --> kh (dibaca: ka dan ha)
(huruf ke-7 Arab)
- dal, dad --> d (dibaca: de)
(huruf ke-8 dan ke-15 Arab)
- zal, zai, za --> z (dibaca: zet)
(huruf ke-9, ke-11, dan ke-17 Arab)
Dengan ketentuan tersebut, maka kita tidak perlu lagi menulis duafa dengan dhuafa atau daif dengan dhaif, mengingat 'dad' cukup ditulis dengan huruf 'd' saja.
Begitu pula 'shaf' cukup ditulis dengan saf saja, bukan pula sap. Mushalla pun cukup ditulis dengan musala saja.
Hadis pun tak mesti ditulis dengan hadist, karena 'sa' (huruf ke-4 Arab) cukup ditulis dengan huruf 's' saja dalam bahasa Indonesia.
Demikian, semoga tulisan ini bermanfaat menjelang Lebaran yang sudah di ambang pintu.
Selamat hari raya Idulfitri 1445 Hijriah (bukan Hijriyah), minal aidin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin (bukan bathin). Sampai jumpa pada halalbihalal pasca-1 Syawal untuk mempererat silaturahmi, bukan silaturrahim. (*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.