Kupi Beungoh

Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Aceh - Jakarta, dan Empat “Provinsi Pemberontak” - Bagian XI

Penanganan pemberontakan di tiga propinsi itu seolah ditujukan sebagai demonstrasi betapa pemerintah pusat tidak sedikitpun memberi toleransi

|
Editor: Amirullah
For Serambinews
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Ia juga bukan tidak mungkin telah lebih dulu membaca deskripsi pemberontakan Aceh, setelah perlawanan ulama melemah, pemberontakan kemudian menjadi keputusan orang perorang- individu yang tak pernah henti hari-hari atau setiap minggu membunuh Belanda, yang terkenal dengan “Aceh Moorden”- Aceh Gila.

Baca juga: Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Pendidikan Aceh Menuju PISA- OECF? - Bagian VIII

Soekarno bukan tidak mungkin telah membaca semua itu lebih dulu jauh sebelum Paul van Veer menulis De Atjeh Orloog pada tahun 1986.

Disamping itu ia juga pasti tahu dengan baik, alasan awal Beureueh bergabung dengan Republik tidak lain dari gelombang besar gerakan Pan Islam Rasyid Ridha dan Muhammad Abduh yang menyerukan persatuan ummat Islam untuk melawan penjajahan dan meraih kemerdakaan.

Mungkin Soekarno tahu ada beberapa orang di Aceh di sekeliling Beureueh yang pernah menjadi anggota Sarekat Islam, punya literasi politik kebangsaan yang memadai.

Bukan tidak mungkin dia juga ada beberapa orang aktivis Sarekat Islam yang mengasingkan diri ke Mekkah yang kemudian bertemu dengan gelombang Pan Islam yang luar biasa pada masa itu. Soekarno tahu hal itu semua, sehingga ketika ia membujuk Beureueh, hati sang ulama itu luluh dihadapannya.

Sebagai seorang politisi ulung ia ia sangat bertanggung jawab dalam peran dan tanggung jawabnya, untuk memastikan Indonesia “in the making” dengan keragaman yang sangat kompleks dan tidak boleh hancur dan bercerai berai.

Baca juga: Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029 - VI: Gen Z dan Alpha, Literasi dan Numerasi Abad 21

Baca juga: Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Yahudi, Pendidikan, Montasik, Peusangan, Meukek, Bagian - VI

Untuk memastikan hal itu ia juga sangat tak takut “mengkompromikan”, bahkan menjanjikan “whatever it takes” -apa saja yang diminta- untuk keutuhan dan keberlanjutan NKRI.

Kalau saja kita mampu menghayati posisi dan situasi krisis Indonesia pada masa itu, berikut dengan kondisi psikologis Soekarno dan Beureueh, maka janji Soekarno kepada Beureueh dapat dimengerti dan diskusikan dengan lebih lanjut.

Hal itulah yang kini tak pernah henti dikumandangkan setiap saat oleh beberapa kalangan tertentu untuk memelihara kebencian kepada Republik secara berkelanjutan.

Bukan tidak mungkin pilihan Soekarno memaafkan Beureueh, memberikan amnesti kepada para pengikutnya, memberikan status “daerah istimewa”, dan mengizinkan semua pemberontak yang pernah bekerja pada negara untuk kembali bekerja pada lembaga asalnya itu didasari pada dua penjelasan tadi .

Ada alasan penghayatan sejarah Aceh yang dalam dan alasan “persahabatan” kebangsaan historik kedua mereka yang sangat dalam. Lebih dari pengampunan, pemerintah bahkan menawarkan sejumlah kemudahan dan fasilitas kepada Beureueh, setelah dia menyerah- Beureueh menolak dengan sopan semua tawaran fasilitas itu.

Dengan meggunakan “penjelasan spekulatif” penyelesaian konflik DI/TII Aceh melalui dua pendekatan itu- anthro-sosiologi historis, dan “balas budi” Soekarno kepada Beureueh dan Aceh, maka “perbedaan” cara Soekarno menyelesaikan Aceh dengan tiga provinsi lainnya dapat dimengerti.

Baca juga: Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Yahudi, Pendidikan, Montasik, Peusangan, Meukek - Bagian V

Aceh kemudian mengalami masa damai yang lumayan untuk tak lama kemudian berlanjut dengan G30S PKI, dan kedatangan Orde Baru.

Bagaimanakah hubungan “empat provinsi pemberontak” dengan Jakarta setelah semua pemberontakan itu selesai? Untuk diketahui, semua provinsi yang “dikalahkan” oleh pemerintah pusat cukup merasakan betapa dampak yang diterima sangat beragam dan kompleks.

Yang pasti kekerasan, pembunuhan, dan berbagai akibat dari perang “saudara” itu sangat tertanam dan membekas di ketiga provinsi itu- Jawa Barat, Sulsel, dan Sumbar.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved