Jurnalisme Warga
Karang Ampar, Laboratorium Konflik Gajah di Aceh
Ini bukanlah kejadian pertama Poe Meurah (sebutan orang Aceh untuk gajah) mati di Karang Ampar. Mungkin akan ada rentetan kejadian lain jika konflik s
Pada tahun 2021, salah seorang warga Karang Ampar kehilangan nyawa akibat diinjak gajah ketika melakukan penggiringan gajah. Selain kehilangan nyawa, saban waktu warga mengalami kerugian harta benda, rumah, dan komoditas perkebunan diobrak-abrik gajah. Jam kerentanan gajah memasuki perkebunan dan perkampungan warga mulai pukul 5 sore sampai pagi.
Warga memperlihatkan kepada kami kebun yang dimasuki gajah. Terlihat pohon pinang yang dua hari lalu dimakan gajah, pohon durian yang telah dikuliti oleh gajah, serta gubuk dan rumah warga yang dirusak gajah.
Mereka juga menjelaskan kepada kami manfaat dari kotoran gajah, yaitu sebagai antipenyakit ternak seperti flu burung.
Kami pun sampai pada lokasi gajah mati yang diduga mati akibat tersengat kawat beraliran listrik yang dipasang warga di kebun pada 7 juni 2024. Lokasinya lumayan dekat dengan perkampungan warga, bangkai gajah tersebut telah dikubur. Terdapat dua potongan tulang gajah tergeletak di atas permukaan, tercium bau bangkai, akibat proses penguburuan yang tidak dalam.
Mak Besan, seorang perempuan yang sedang memetik cabai bercerita bahwa ia terpaksa harus menjadi buruh ongkosan akibat kebunnya tidak dapat lagi diurus. Tanaman dalam kebun telah dimakan gajah dan ia merasa takut bertemu gajah jika datang ke kebun. Untuk memenuhi ekonomi keluarga terpaksa menjadi buruh ongkosan di kebun orang.
Begitu pula suaminya juga telah beralih profesi. Mak Besan mengakui sangat merasa terganggu dengan bau bangkai gajah yang tidak jauh dengan tempat ia bekerja.
Untuk mempertahankan nyawa dan harta benda, warga Karang Ampar memagari kebun dan rumahnya dengan kawat beraliran listrik yang diaktifkan pada malam hari. Pagar kejut (power fencing) ini sebagai strategi penanggulangan konflik gajah dengan manusia. Yang menjadi persoalan kemudian, terkadang pemasangan pagar kejut tidak sesuai standar sehingga menyebabkan gajah mati.
Di lain sisi, lembaga otoritas yang berwenang terkait satwa dilingungi tidak menjalankan tugas secara maksimal sehingga pengetahuan mitigasi tidak sampai secara utuh kepada warga. Sehingga, warga dengan inisiatifnya sendiri melakukan upaya mitigasi untuk melindiri nyawa dan harta bendanya.
Pascamatinya gajah pada 10 juni 2024, atas arahan Kapolres Aceh Tengah, Reje Kampung Karang Ampar menerbitkan surat imbauan kepada seluruh masyarakat Karang Ampar agar melepaskan power fencing yang dipasang secara pribadi. Surat tersebut ikut ditandatangani oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas.
Karang Ampar menyimpan banyak cerita dan pengetahuan terkait konflik antara gajah dengan manusia. Layaknya sebuah laboratorium yang dapat dijadikan sebagai pusat penelitian. Belajar bagaimana masyarakat bertahan hidup secara ekonomi dan sosial, serta bagaimana rasa kecewa warga atas perhatian pemerintah yang dianggap tidak adil. Meskipun interaksi sosial terbatasi pagar kejut, tapi warga di sana cukup ramah, terbuka, dan bersahabat kepada semua orang yang datang ke Karang Ampar.
Kami telah datang ke Karang Ampar! Warga menunggu Anda di sana untuk dijadikan sebagai teman berbagi cerita, karena saat ini hanya itu yang dapat mereka harapkan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.