Kupi Beungoh

Dimana MPA di Hari Pendidikan Aceh

Kopelma Darussalam merupakan simbol dan semangat kebangkitan dan titik tolak kemajuan pendidikan di Aceh pasca konflik politik yang berkepanjangan

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Dr. Muhibuddin Hanafiah, M.Ag, Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry 

Hal ini diakui sebaga harapan masyarakat Aceh kepada generasi Darussalam. Namun usaha yang telah lama dirintis ini belum juga membawa hasil dan sistem pendidikan masih terpisah-pisah. 

Untuk menjaga dan mengawal gagasan leluhur ini agar tidak dilupana,  maka saban 2 September diperingati sebagai Hari Pendidikan Daerah )Hardikda) Aceh. 

Sebab, 2 September 1959 merupakan tonggak bersejarah dalam kebangkitan pembangunan pendidikan di Aceh, yaitu lahirnya Kopelma Darussalam dan berdirinya kampus Universitas Syiah Kuala, dan diperingati sebagai Hardikda Aceh. 

Untuk tujuan mengisi keistimewaan Aceh dalam bidang agama, adat-istiadat dan pendidikan, maka untuk pembangunan pendidikan Aceh, pemerintah daerah Aceh kemudian membentuk sebuah badan yang diberi nama Majlis Pendidikan Daerah (MPD) atau sekarang berubah nama menjadi Majlis Pendidikan Aceh (MPA). 

Baca juga: Terkendala Dana, Putra Abdya Terancam Gagal Berangkat Menimba Ilmu di Universitas Al-Azhar Mesir

Sebenarnya lembaga ini (MPA) ditugaskan untuk mengidentifikasi permasalahan-permaslahan pendidikan Aceh secara terpadu dan menyeluruh serta merumuskan cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut. 

Kelahiran lembag ini sebenarnya mempunyai arti penting dalam mencari bentuk pendidikan yang lebih terpadu untuk Aceh. Karena kehadiran lembaga ini pada hakikatnya merupakan suatu  langkah dalam menjabarkan konsep keistimewaan Aceh dalam bidang pendidikan sejak tahun1959. 

Kesitimewaan Aceh dalam bidang agama melahirkan MUI atau MPU tahun 1966. Kesitimewaan Aceh dalam bidang adat-istiadat telah melahirkan lembaga yag bernama (LAKA atau MAA sekarang), dan untuk melengkapi konsep keistimewaan Aceh maka pada tahun 1990 dibentuklah MPD D.I. Aceh sebagai badan ketiga keistimewaan Aceh, sebagai langkah konkrit memikirkan penjabaran keistimewaan Aceh. 

Menurut alm Prof Safwan Idris, sebenarnya saat pembangunan Kopelma Darussalam masih dikendalikan oleh YPD, cita-cita membangun pendidikan terpadu masih ada harapan. 

Tetapi setelah YPD tidak diberi peran lagi, karena pembangunan dan pengembangan lembaga pendidikan tinggi yang ada di Kopelma Darussalam dilaksanakan oleh masing-masing departemen dan kementerian secara sentral dari pusat. 

Dengan surutnya peran YPD, konsep pembangunan Darussalam sebagai Kopelma yang terpadukan hampir seluruhnya berantakan. Konon lagi setelah APDN ikut dipindahkan dari komplek Kopelma Darussalam. 

Dayah Manyang Tgk Chiek Pante Kulu yang awalnya sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tinggi yang dikelola oleh Pemda Aceh  mundur teratur dan kemudian berubah menjadi PTU swasta, IAIN menjadi PTKIN dan USK menjadi PTUN. 

Harapan Pemda Aceh setelah terbentuknya MPD akan berfungsi sebagai pengganti YPD. Keberadaan MPD setelah diberi mandat oleh Pemda Aceh diproyeksikan  akan memikirkan pengembangan pendidikan Aceh secara terpadu (lebih luas fungsinya dari YPD).

Baca juga: Pilar Pendidikan dalam Islam

 Kelahiran MPD ibarat kelahiran kembali hasrat masyarakat Aceh tentang  pembangunan pendidikan seperti yang disemangatkan pada awal pemerintahan D.I Aceh, dan MPD diharapkan dapat mewarisi semangat tersebut. 

Selama beberapa tahun kemudian pembangunan pendidikan Aceh dilakukan oleh badan-badan, lembaga atau instansi yang terpisah-pisah yang masing-masing mengembangkan pendidikan di Aceh secara terpisah-pisah sebagai dampak dari warisan dan pola pengembangan pendidikan yang muncul dari zamannya. 

Kebijakan pendidikan yang tersentralisasi dari pusat sebagai akibat dari ketidakmampuan pemerintah dalam mengintegrasikan pendidikan di Aceh. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved