Kupi Beungoh
Kesaksian Herlina Mahasiswi Papua: Aceh Ramah, Diundang Maulid hingga tak Ada Begal dan Pemabuk
Herlina Wambrau adalah gadis asal Kecamatan Mambioman Bapai Kabupaten Mappi,Provinsi Papua Selatan. Dia sudah hampir lima tahun menetap di Aceh.
Mahasiswa Papua di Aceh tersebar di berbagai daerah, seperti Banda Aceh, Meulaboh, Lhokseumawe, dan Langsa. Menurut Herlina, terdapat sekitar 150 mahasiswa Papua di Aceh, dengan jumlah terbesar berada di Banda Aceh, yaitu sekitar 60 orang.
Mahasiswa-mahasiswa ini tergabung dalam komunitas Himpunan Mahasiswa Papua (HIMAPA) Aceh. Komunitas ini membantu mahasiswa baru dari Papua dalam beradaptasi dengan lingkungan baru di Aceh, mulai dari proses kedatangan, pengenalan budaya, hingga pengurusan administrasi kampus.
Komunitas HIMAPA Aceh tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga sarana bagi mahasiswa Papua untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai asal mereka. Herlina menjelaskan bahwa dalam komunitas ini, mereka sering mengadakan kegiatan seni seperti menari tarian tradisional Papua atau membuat kerajinan khas untuk diperkenalkan kepada masyarakat Aceh.
Kegiatan semacam ini juga membantu mempererat hubungan dengan masyarakat lokal, yang selalu antusias belajar tentang budaya Papua.
Di sisi lain, mereka juga menjaga hubungan antaranggota komunitas dengan mengadakan perayaan hari-hari besar bersama, baik keagamaan maupun budaya.
Persamaan Nasib
Menurut dosen kami di Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) FDK UIN Ar-Raniry, Hasan Basri M Nur, antara Papua dan Aceh memiliki sejumlah persamaan, terutama persamaan nasib sejak menjadi bagian dari NKRI.
Papua dan Aceh sama-sama menganggap diperlakukan secara tidak adil oleh rezim Pemerintah Indonesia masa lampau, padahal Papua dan Aceh sama-sama sebagai daerah kaya SDA (Sumber Daya Alam).
Papua kaya tambang emas, sementara Aceh kaya tambang migas, emas hingga batu bara. Pada masa lampau, hasil alam ini tidak dibagi dengan daerah sehingga orang Papua dan Aceh berada dalam keadaan miskin dan mutu/akses pendidikan terbatas.
Perasaan diperlakukan secara tidak adil ini kemudian memunculkan organisasi pergerakan kemerdekaan di daerah. Di Papua ada OPM (Organisasi Papua Merdeka) dan di Aceh terdapat GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Atas dasar itulah orang Papua menganggap Aceh sebagai saudara senasib (Baca: https://aceh.tribunnews.com/2023/10/28/orang-papua-anggap-aceh-sebagai-saudara-tua).
Sembutan dan perlakuan orang Aceh kepada saudaranya dari Papua terasa sangat baik, sehingga Herlina dan mahasiswa lain asal Papua merasa nyaman dan betah tinggal di Aceh.
Karena itu, Herlina berkomitmen untuk mengabarkan kondisi Aceh yang sebenarnya ke rekan-rekan di Papua setelah pulang kampung nanti. Dia mendorong orang-orang luar untuk datang dan melihat kondisi Aceh, tidak sekedar membaca berita di media. Semoga!
Banda Aceh, 04 Desember 2024
Penulis, Ivana Zara Zeta dan Rizkiansyah Malau, Keduanya adalah mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam FDK UIN Ar-Raniry, Ivana Zara Zeta berasal dari Aceh Tengah, sementara Rizkiansyah Malau berasal dari Sibolga Sumatera Utara, ivanazara11@gmail.com, rizkiansyahmalau2022@gmail.com.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Artikel KUPI BEUNGOH lainnya baca DI SINI
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.