Kupi Beungoh
Sabang Emas di Tangan Zulkifli: Dari Retreat Jatinangor Menuju Transformasi Teknologi dan Ekologi
Lewat forum-forum diskusi selama retreat di Jatinangor, Zulkifli menghadirkan Sabang menjadi topik diskusi strategis.
Ia bahkan meminta agar seluruh OPD di Sabang mengikuti pelatihan sertifikasi cloud dasar.
“Pemerintahan modern tidak butuh pegawai yang banyak, tapi butuh pegawai yang paham data dan berpikir solutif,” ucapnya saat menyambut peluang kolaborasi bersama AWS.
Tak hanya dengan AWS. Di pertemuan yang lain pada hari Selasa tanggal 1 Juli, ia menjajaki kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Dalam pertemuan bersama Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono yang juga dihadiri oleh Bupati Aceh Besar, Muharram Idris dan perwakilan Waste to Wealth, Zulkifli memaparkan bahwa Sabang punya kekayaan hutan tropis dan laut dalam yang eksotis.
Maka Zulkifli mendesak lewat pendekatan data dan visi. Ia ingin Sabang menjadi model kota ekowisata nasional—sebuah zona biru yang hidup selaras dengan alam.
Baca juga: Prabowo - Mualem: Sabang, Sumitronomics, dan Agenda yang Belum Selesai – Bagian 4
KLH merespons, dan bersama-sama mereka mengembangkan sebuah skema restorasi dan pelestarian kawasan pesisir dan hutan tropis.
Termasuk program strategis mengolah sampah menjadi energi baru dan terbarukan. Program ini tentu saja tidak hanya melibatkan negara, tapi juga komunitas lokal, LSM internasional, dan dunia akademik.
Zulkifli ingin pelestarian bukan sekadar proyek, tapi gerakan. Ia akan mengajak sejumlah komunitas turun ke kampung-kampung, membicarakan mangrove, bank sampah, dan potensi ekonomi karbon dengan nelayan dan petani kelapa.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono juga memberikan penekanan pada tata kelola sampah baik untuk Sabang, Aceh Besar dan daerah lain di Aceh.
Ia mendorong kerjasama industri‑ pemerintah daerah untuk peningkatan pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).
Apalagi di Aceh Besar memiliki pabrik semen PT. Solusi Bangun Andalas yang bisa menjadi off taker dari RDF yang dihasilkan.
Wamen Diaz juga meminta kepala daerah untuk mendukung inovasi teknologi dengan regulasi yang cepat dan progresif.
Pada acara Expo & Forum Hari Lingkungan Hidup Sedunia (22–24 Juni 2025), ia menekankan pentingnya payung hukum agar inovasi (seperti pemilah sampah otomatis, insinerator bebas asap) bisa diterapkan dan dikomersialisasi, karena inovasi sering berjalan lebih cepat dari regulasi.
Wamen Diaz juga meminta agar Pemda mendorong kolaborasi multisektor terutama dengan generasi muda.
Diaz mengimbau pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan sektor swasta untuk kolaborasi masif menuju target 100 persen pengelolaan sampah pada 2029.
Urgensi Pendidikan Politik untuk Merawat Perdamaian Aceh Pasca Dua Puluh Tahun |
![]() |
---|
Aceh Damai, Perspektif Jurnalistik |
![]() |
---|
Kurikulum Pendidikan Islam Itu "Berbasis Cinta", Solusi Masalah Lokal & Jawaban Tantangan Global |
![]() |
---|
20 Tahun Damai Aceh, Mengenang Dokter Muhammad Jailani, Penebar Senyum Menyembuhkan |
![]() |
---|
Aceh, Mesin Tanpa Bensin |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.