Kupi Beungoh
Sabang Emas di Tangan Zulkifli: Dari Retreat Jatinangor Menuju Transformasi Teknologi dan Ekologi
Lewat forum-forum diskusi selama retreat di Jatinangor, Zulkifli menghadirkan Sabang menjadi topik diskusi strategis.
Penulis: M. Fauzan Febriansyah*)
Sejak Zulkifli H. Adam dilantik sebagai Walikota Sabang, kota kecil di ujung barat Indonesia kembali menemukan harapan.
Dalam visi janji politiknya, Zulfikli menyebutnya: Sabang Emas—sebuah mimpi besar yang bukan sekadar menjadi slogan kampanye, tapi sebagai arah navigasi perjuangan.
Usai pulang dari retreat kepemimpinan kepala daerah gelombang kedua pada tanggal 26 Juni 2025 di Jatinangor, Jawa Barat—bersama ratusan kepala daerah dari seluruh Indonesia, Zulkifli membawa pulang oleh-oleh berupa rencana besar pembangunan untuk masyarakat Sabang.
Di Jatinangor, Zulkifli bercerita, mereka para kepala daerah ditempa bukan sekadar menjadi peserta, tapi pembelajar keras yang bertekad membawa daerahnya menjadi lebih maju.
Lewat forum-forum diskusi selama retreat di Jatinangor, Zulkifli menghadirkan Sabang menjadi topik diskusi strategis.
Mulai dari isu ekonomi, lingkungan, digitalisasi, sampai geopolitik maritim.

Di balik dinding aula pelatihan, ia mendengarkan paparan dari sejumlah menteri, mencatat, dan menandai setiap peluang yang bisa dibawa pulang untuk tanah kelahirannya.
Kota Sabang adalah paradoks: ia kaya secara geografis dan strategis, tapi terisolasi dalam banyak hal.
Ketika kota-kota lain berlari dengan konektivitas digital dan ekosistem industri baru, Sabang masih tergagap dengan belum optimalnya menggarap potensi yang ada.
Serta layanan publik yang masih bertumpu pada cara lama. Zulkifli tahu itu, dan dia tidak datang untuk mengutuk kegelapan, tapi menyalakan pelita.
Baca juga: VIDEO - Iboih Surganya Wisatawan di Sabang, Atraksi Lumba lumba Bikin Shireen Sungkar Terharu
Salah satu langkah awalnya, setelah selesai dari penggemblengan retreat Jatinangor. Pada hari Senin 30 Juni 2025 Walikota Sabang Zulkifli H. Adam menjalin kolaborasi langsung dengan Amazon Web Services (AWS) sebuah perusahan teknologi dunia.
Di tengah keterbatasan fiskal dan sumber daya manusia, ia justru melihat peluang untuk melompati tahap-tahap yang sering memerangkap daerah-daerah kecil.
“Mengapa kita harus bangun dari nol, kalau kita bisa melompat maju lewat teknologi cloud dan kecerdasan buatan?” begitu ia berkata di salah satu pertemuan informal dengan tim AWS di Jakarta.

AWS bukan sekadar penyedia layanan cloud. Bagi Zulkifli, AWS adalah jembatan menuju layanan pemerintahan digital, sistem informasi satu pintu, smart tourism, hingga tata kelola lingkungan berbasis data.
Ia bahkan meminta agar seluruh OPD di Sabang mengikuti pelatihan sertifikasi cloud dasar.
“Pemerintahan modern tidak butuh pegawai yang banyak, tapi butuh pegawai yang paham data dan berpikir solutif,” ucapnya saat menyambut peluang kolaborasi bersama AWS.
Tak hanya dengan AWS. Di pertemuan yang lain pada hari Selasa tanggal 1 Juli, ia menjajaki kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
Dalam pertemuan bersama Wakil Menteri Lingkungan Hidup, Diaz Hendropriyono yang juga dihadiri oleh Bupati Aceh Besar, Muharram Idris dan perwakilan Waste to Wealth, Zulkifli memaparkan bahwa Sabang punya kekayaan hutan tropis dan laut dalam yang eksotis.
Maka Zulkifli mendesak lewat pendekatan data dan visi. Ia ingin Sabang menjadi model kota ekowisata nasional—sebuah zona biru yang hidup selaras dengan alam.
Baca juga: Prabowo - Mualem: Sabang, Sumitronomics, dan Agenda yang Belum Selesai – Bagian 4
KLH merespons, dan bersama-sama mereka mengembangkan sebuah skema restorasi dan pelestarian kawasan pesisir dan hutan tropis.
Termasuk program strategis mengolah sampah menjadi energi baru dan terbarukan. Program ini tentu saja tidak hanya melibatkan negara, tapi juga komunitas lokal, LSM internasional, dan dunia akademik.
Zulkifli ingin pelestarian bukan sekadar proyek, tapi gerakan. Ia akan mengajak sejumlah komunitas turun ke kampung-kampung, membicarakan mangrove, bank sampah, dan potensi ekonomi karbon dengan nelayan dan petani kelapa.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono juga memberikan penekanan pada tata kelola sampah baik untuk Sabang, Aceh Besar dan daerah lain di Aceh.
Ia mendorong kerjasama industri‑ pemerintah daerah untuk peningkatan pengolahan sampah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF).
Apalagi di Aceh Besar memiliki pabrik semen PT. Solusi Bangun Andalas yang bisa menjadi off taker dari RDF yang dihasilkan.
Wamen Diaz juga meminta kepala daerah untuk mendukung inovasi teknologi dengan regulasi yang cepat dan progresif.
Pada acara Expo & Forum Hari Lingkungan Hidup Sedunia (22–24 Juni 2025), ia menekankan pentingnya payung hukum agar inovasi (seperti pemilah sampah otomatis, insinerator bebas asap) bisa diterapkan dan dikomersialisasi, karena inovasi sering berjalan lebih cepat dari regulasi.
Wamen Diaz juga meminta agar Pemda mendorong kolaborasi multisektor terutama dengan generasi muda.
Diaz mengimbau pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dan sektor swasta untuk kolaborasi masif menuju target 100 persen pengelolaan sampah pada 2029.
Ia juga memotivasi generasi muda, terutama di kampus, untuk menjadi garda depan gerakan pengelolaan sampah.
Kementerian LH terus mendorong Pemda agar mempercepat transisi energi dan penyelesaian “open dumping”.
Pengelolaan sampah berbasis energi alternatif (seperti RDF) dan penghentian praktik open dumping menjadi bagian strategi menuju target nasional (50 persen pengelolaan pada 2025, 100 persen pada 2029).
Paparan dari Wamen Diaz ini menjadi catatan khusus untuk dibawa pulang kepada masyarakat Sabang.
Dalam waktu dekat Walikota Zulkifli akan mengundang Wamen Diaz yang juga Komisaris Utama PT. Telkomsel untuk hadir ke Sabang meresmikan sejumlah program kolaborasi yang sudah direncanakan.
Baca juga: Alpukat Khas Sabang Jadi Daya Tarik Baru Wisatawan Selama Libur Panjang
Menutup rangkaian roadshow transformasi Sabang bersama timnya, Zulkifli ikut mengajak Ketua BEM USK Muhammad Ikram pada hari Kamis 3 Juli menyambangi ruang konferensi Google Indonesia. Mereka membaur dengan atmosfer intelektual dan inovasi.
Dari lantai 45 kantor Google Indonesia di kawasan SCBD Jakarta, percakapan hangat diselingi sejumlah data dipaparkan.
Muncul satu pertanyaan mendalam yang menjadi benang merah dalam diskusi: Bagaimana membuat anak-anak Sabang tidak tertinggal oleh dunia yang berubah begitu cepat?
Google melalui inisiatif Google for Education telah merancang ratusan sekolah rujukan di seluruh Indonesia.

Dari Sabang hingga Kupang, mereka mencetak guru-guru bersertifikat digital, membentuk komunitas belajar, dan membangun ekosistem pendidikan yang berstandar global.
Sabang, jika punya keberanian dan tekad, bisa menjadi yang terdepan di Aceh.
Bicara data, Pendidikan Sabang memiliki peluang besar untuk melenting.
Dari data BPS, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Sabang tahun 2022: 76,85 poin. Meningkat pada tahun 2023: 77,52 poin. Terjadi kenaikan sekitar 0,67 poin atau sekitar 0,87 persen. IPM Nasional tahun 2024: 75,02 poin (naik 0,85 persen).
Dengan dukungan transformasi digital di sektor pendidikan tren peningkatan IPM kota Sabang bisa melanjutkan perkembangan positif tahun sebelumnya bahkan melenting.
Zulkifli sadar betul bahwa memimpin kota kecil, seperti Sabang tak bisa hanya dengan perintah dari kantor, tapi juga dengan teladan di lapangan.
Ia dikenal bukan tipe walikota yang betah di balik meja. Ia bercerita, kadang ia muncul tiba-tiba di ruang kelas SD atau pasar rakyat di Pulau Weh, besoknya sudah berada di Jakarta mengejar MoU digitalisasi dengan mitra luar negeri.
“Sabang terlalu berharga untuk dikelola dengan cara biasa,” katanya pada suatu kesempatan menikmati coklat panas bersama mitra dari Google Indonesia.
Baca juga: Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sabang Ikut Retret di Jatinangor, Zulkifli Adam Disambut Kalung Bunga
Mewujudkan Potensi Sabang Emas dalam Bingkai Kawasan Sabang Sabang Emas bukan sekadar mimpi tentang infrastruktur dan pariwisata, tapi soal martabat.
Zulkifli ingin anak-anak Sabang percaya bahwa mereka lahir di kota yang penting, yang punya peran di panggung nasional dan global.
Ia ingin orang-orang muda kembali, bukan pergi. Karena merasa Sabang bisa memberi masa depan.
Mungkin masih terlalu dini menilai hasil dari segala langkah yang ditempuhnya. Tapi satu hal yang pasti, Zulkifli telah menyalakan api kecil di ujung barat negeri ini.
Di kota yang dulu hanya dikenal karena statusnya sebagai titik nol Indonesia, kini mulai tumbuh gagasan-gagasan besar tentang masa depan.
Zulkifli tidak ingin Sabang sekadar menjadi catatan kaki dalam sejarah pelayaran, tapi menjadi simpul dari jaringan masa depan Indonesia: hijau, cerdas, dan berdaulat secara digital.
Saat ini adalah periode kedua bagi Zulkifli memimpin Sabang setelah periode pertama menjadi Walikota tahun 2012-2017. Inilah saatnya menuntaskan mimpi yang tertunda.
Momentum bagi seorang Zulkifli H. Adam yang terus bekerja, berpikir, dan berdoa—agar Sabang tak hanya menjadi cerita masa lalu, tapi bab pembuka dari masa depan Indonesia.
*) PENULIS adalah Ketua Indonesia Islamic Youth Economic Forum (ISYEF) Provinsi Aceh & Pendiri Kelompok Kajian Kebijakan Publik MFF Syndicate
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
Urgensi Pendidikan Politik untuk Merawat Perdamaian Aceh Pasca Dua Puluh Tahun |
![]() |
---|
Aceh Damai, Perspektif Jurnalistik |
![]() |
---|
Kurikulum Pendidikan Islam Itu "Berbasis Cinta", Solusi Masalah Lokal & Jawaban Tantangan Global |
![]() |
---|
20 Tahun Damai Aceh, Mengenang Dokter Muhammad Jailani, Penebar Senyum Menyembuhkan |
![]() |
---|
Aceh, Mesin Tanpa Bensin |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.