Kupi Beungoh

Epilog Prabowo–Mualem: Era Baru, Narasi Baru, Harapan Baru - Penutup

Prabowo–Mualem adalah salah satu dari sedikit anomali itu--sebuah pertemuan antara pusat dan pinggiran, antara sejarah dan masa depan

Editor: Zaenal
Kolase Serambinews.com/dok.Partai Aceh
KOLASE FOTO Prabowo - Mualem dan Guru Besar USK Ahmad Humam Hamid. Foto salam komando Presiden RI Prabowo Subianto dengan Muzakir Manaf ini diabadikan ketika Presiden Prabowo menerima audiensi pemenang Pilkada Aceh, pasangan Muzakir Manaf (Mualem)-Fadhlullah (Dek Fadh), di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/122024). 

Pembangunan yang berakar pada potensi, berlandas pada partisipasi, dan berorientasi pada keberlanjutan.

Maka wilayah tengah Aceh bukan hanya tentang konservasi Leuser, tetapi juga tentang ekoturisme, agroforestri, dan pertanian organik yang menghidupi rakyat tanpa merusak tanah.

Kita butuh model pembangunan yang menjadikan masyarakat sebagai aktor utama.

Konservasi Leuser, misalnya, harus berbasis komunitas.

Kita bisa mengembangkan skema pembayaran jasa lingkungan, memberi insentif kepada petani dan warga yang menjaga hutan.

Kita bisa melibatkan dunia internasional sebagai mitra sejajar—bukan sebagai donor, tetapi sebagai kolaborator.

Begitu juga di Sabang dan sekitarnya.

Kawasan ini bisa dijadikan pusat logistik dan pelabuhan internasional jika didukung infrastruktur dan deregulasi.

Di wilayah timur dan utara Aceh, integrasi ke dalam jaringan perdagangan Sumatera dan Selat Malaka menjadi kunci.

Dan Blok Andaman--dengan segala peluang gasnya--harus dikelola secara berdaulat, transparan, dan menguntungkan rakyat.

Namun pada akhirnya, semua ini kembali ke satu hal-keberanian.

Keberanian untuk keluar dari zona nyaman sejarah, keberanian untuk meninggalkan logika pembagian kue, dan masuk ke logika penciptaan nilai.

Maka kepada Jakarta, kita katakan: Jangan hanya menatap Aceh sebagai halaman terakhir dalam buku republik.

Lihatlah Aceh sebagai prolog baru.

Dan kepada Aceh sendiri, kita ajak: Berhentilah menangisi masa lalu, karena masa depan sedang mengetuk.

Kita tidak bisa selamanya hidup dalam bayang-bayang konflik atau bersembunyi di balik status khusus dan istimewa.

Waktunya menjadikan istimewa itu nyata--bukan dalam jargon, tapi dalam kualitas hidup rakyat.

Dan Prabowo–Mualem bukan hanya punya peluang, tapi juga tanggung jawab.

Di tangan mereka, sejarah tidak hanya ditafsirkan kembali, tapi ditulis ulang.

Jika mereka berhasil, maka generasi masa depan akan mengenang masa ini bukan sebagai kelanjutan konflik, tetapi sebagai titik balik kebangkitan.

Membangun Aceh bukan hanya membangun propinsi—ini adalah upaya untuk menulis ulang cara kita memaknai republik. Ini adalah panggilan moral sekaligus agenda politik. Di tangan Prabowo–Mualem, pintu itu terbuka.

Namun pintu yang terbuka tidak menjamin perjalanan akan berhasil.

Yang menentukan adalah siapa yang berani melangkah ke dalamnya.

Apakah kita akan menjadi penonton sejarah?

Ataukah kita, dengan segala keberanian dan keterbatasan, justru menjadi penulisnya?

*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA ARTIKEL KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved