Info Subulussalam 

Mengenal Dua Sungai Besar di Kota Subulussalam, Begini Kisahnya

Kota Subulussalam memiliki dua sungai besar, Lae Soraya dan Lae Kombih, yang jadi urat nadi kehidupan.

Penulis: Dede Rosadi | Editor: Saifullah
Serambi Indonesia
LAE SORAYA - Penampakan Sungai atau Lae Soraya di Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam pada Selasa (11/11/2025). 
Ringkasan Berita:
  • Kota Subulussalam memiliki dua sungai besar, Lae Soraya dan Lae Kombih, yang jadi urat nadi kehidupan.
  • Lae Soraya sepanjang 366 km melewati empat kabupaten, bersejarah sebagai jalur transportasi dan pusat peradaban.
  • Kedua sungai memberi manfaat besar bagi warga, dari kesuburan tanah hingga sumber air, energi, dan pariwisata.

 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia Dede Rosadi I Subulussalam 

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Kota Subulussalam memiliki dua sungai besar. 

Masing-masing adalah Sungai Soraya dan Lae Kombih

Sungai oleh penduduk lokal disebut Lae yang artinya adalah sungai.

Sehingga dua sungai tersebut lazim disebut Lae Soraya dan Lae Kombih

Lae Soraya hulunya di Gayo Lues (Galus) dan bermuara di Samudera Hindia. 

Sungai tersebut melewati empat kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Kota Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Singkil.

Baca juga: Wisata Susur Sungai Lae Soraya Paket Komplit Mengenal Kejayaan Peradaban Kota Subulussalam Dulu

Tak mengherankan, jika sungai ini masuk dalam jajaran sungai terpanjang di Aceh dengan total panjang sekitar 366 kilometer (Km). 

Uniknya, sungai ini memiliki nama berbeda sesuai kabupaten/kota yang dilewatinya. 

Di hulu yaitu Gayo Lues, disebut Aih Agusen atau Aih Betong.

Di Aceh Tenggara disebut Lawe Alas, di Kota Subulussalam disebut Lae Soraya, dan di hilir Aceh Singkil disebut Sungai Singkil.

Cara penulisan Lae Soraya cukup unik. 

Ada yang menulisnya Lae Soraya, Lae Souraya dan Lae Sukhaya. 

Baca juga: Angkernya Jurang Kedabuhen dan Sungai Lae Kombih, Lokasi Jatuh 3 Korban Tanah Longsor Subulussalam

Kh dalam Bahasa Singkil dibaca r.

Lae Soraya yang memiliki lebar sekitar 300 meter bagi orang Subulussalam, bukan sekedar sungai. 

Tetapi bagian dari peradaban kejayaan tempo dulu. 

Sebelum ada jalan, Lae Soraya merupakan jalur utama transportasi dan urat nadi perekonomian. 

Melalui sungai, warga membawa rempah untuk dijual ke Pelabuhan Singkil Lama. 

Di pinggir Lae Soraya, juga terletak makan ulama sufi Syekh Hamzah Fansuri, tepatnya di Kampong Oboh, Kecamatan Rundeng. 

Baca juga: Pemko Subulussalam Minta Alur Sungai Lae Soraya-Singkil Dihidupkan untuk Pariwisata

Sepanjang aliran Sungai Lae Soraya, lahir raja-raja yang selanjutnya menjadi mewariskan budaya bagi generasi penerus. 

Sementara Lae Kombih, hulunya di Sicike-cike, Desa Jambu, Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara (Sumut). 

Selanjutnya mengalir ke Penanggalan, Kota Subulussalam.

Kemudian menyatu ke Sungai Lae Soraya di Kampong Binanga, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam.

Keberadaan Sungai Lae Soraya dan Lae Kombih, sangat bermanfaat bagi warga Kota Subulussalam

Salah satunya yang paling dirasakan saat ini adalah tanah di sepanjang aliran sungai sangat subur.

Baca juga: Soroti Pembangunan PLTA Lae Kombih, YARA Subulussalam Ingatkan Pemerintah Soal Dampak Lingkungan 

Sungai sendiri tentunya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih dan bahan baku industri, penyedia sumber daya perikanan, pariwisata, pembangkit listrik tenaga air, serta untuk irigasi pertanian.

Pastinya keberapa dua sungai besar itu harus dijaga agar fungsi ekologis dan manfaat bagi kehidupan manusia lestari.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved