Pojok Humam Hamid

MSAKA21: Indrapatra, Benteng, Candi, dan Jejak Hindu di Pesisir Aceh - Bagian VIII

Indrapatra adalah kompleks benteng bercorak batu bata dengan kanal pertahanan, berukuran besar untuk konteks arsitektur Nusantara awal

Editor: Zaenal
FOR SERAMBINEWS.COM
Sosiolog dan Guru Besar USK, Prof Ahmad Humam Hamid 

Apa makna Indrapatra dalam peta besar peradaban Aceh?

Di sinilah, kita bisa mengajukan hipotesis. 

Indrapatra merupakan bukti bahwa India bukan sekadar pedagang rempah, tetapi juga penjual legitimasi. 

Sebelum Islam masuk ke Aceh, para penguasa lokal tampaknya merasa perlu meminjam kosmologi Hindu-Buddha untuk meneguhkan otoritasnya. 

Tidak ada raja tanpa dewa, tidak ada kuasa tanpa mitos. 

Indrapatra adalah batu bata yang disusun untuk mengekalkan mitos itu.

Bandingkan dengan dunia yang lebih luas. 

Di Kamboja, Jayavarman II membangun Angkor dengan keyakinan bahwa ia adalah devaraja. 

Di Jawa, Sailendra menumpahkan tenaga ribuan buruh untuk mendirikan Borobudur dan Prambanan. 

Di Aceh, skala mungkin lebih kecil, tapi pola pikirnya sama, kuasa politik harus dikawinkan dengan simbol spiritual. 

Indrapatra adalah miniatur dari pola agung itu.

Namun, kita tidak boleh lupa bahwa Aceh adalah tanah persilangan. 

Tidak seperti Angkor atau Mataram yang relatif terisolasi, Aceh berhadapan langsung dengan gelombang globalisasi awal, kapal-kapal Gujarat, Persia, bahkan Tiongkok. 

Maka Indrapatra, selain menjadi simbol Hindu, juga sekaligus tapal batas yang suatu hari akan diubah fungsinya. 

Ketika Islam masuk, benteng ini tidak dihancurkan. 

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved