Pojok Humam Hamid

Samudra Pasai dan Jalur Rempah: Pusat Dunia di Ujung Utara Sumatra - Bagian XVIII

Samudra Pasai berdiri tepat di jalur rempah dunia, bagian dari sumbu pelayaran antara Samudra Hindia dan Laut Tiongkok Selatan. 

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HO
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh. 

Ketika bangsa Eropa, terutama Portugis dan kemudian Belanda, mulai menjelajahi lautan demi menguasai rempah-rempah, posisi Pasai menjadi incaran. 

Kekuasaan maritim yang sebelumnya dijalankan oleh jaringan Muslim mulai digantikan oleh sistem kolonial yang bersenjata. 

Portugis menyerang Pasai pada awal abad ke-16, menandai awal dari apa yang disebut sejarawan sebagai “rempah berdarah.” 

Ini adalah fase ketika rempah menjadi bukan hanya komoditas, melainkan alasan untuk menaklukkan, menduduki, dan mengatur ulang geopolitik maritim Asia Tenggara.

Namun, sebelum invasi itu datang, Samudra Pasai telah meninggalkan jejak yang dalam. 

Pasai adalah contoh bahwa sebuah kerajaan kecil, dengan pandangan ke laut dan jaringan sosial yang terbuka, dapat memainkan peran global. 

Ia adalah bukti bahwa Islam tidak datang dengan pedang, melainkan dengan layar dan kompas. 

Ia adalah cermin dari sebuah masa ketika dunia belum dibelah oleh imperium modern, dan ketika para pelaut lebih percaya pada arah angin dan kejujuran timbangannya.

Pelajaran dari Pasai

Hari ini, nama Samudra Pasai mungkin hanya dikenal di ruang kuliah atau kitab sejarah. 

Namun dalam jejaknya, kita menemukan akar dari kemaritiman Aceh, bahkan Nusantara yang sejati. 

Di sana ada semangat keterbukaan, keberanian menjelajah, dan keberanian untuk menjadi bagian dari dunia yang lebih luas. 

Dalam konteks hari ini, ketika banyak bangsa mencari kembali identitas maritimnya, Samudra Pasai memberi pelajaran bahwa laut bukan pemisah, melainkan penghubung.

Dan pada titik itu, Samudra Pasai bukan hanya bagian dari sejarah Aceh, atau sejarah Islam Asia Tenggara. 

Ia adalah bagian dari sejarah dunia--sebuah simpul peradaban yang pernah membuat Sumatra menjadi pusat, bukan pinggiran.

Sejarah Samudra Pasai menunjukkan bahwa perdagangan global tidak pernah hanya soal barang dan uang, tetapi juga soal jaringan sosial, politik, dan budaya yang saling terkait. 

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved