Berita Aceh Selatan
13 Mualaf di Labuhan Haji Barat Dikhitan, Dua Pasangan akan Dinikahkan Kembali Secara Islam
Semua mualaf itu sekarang ini ditampung di rumah penampungan sementara di Dusun Ujong Blang, Gampong Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat.
Penulis: Zainun Yusuf | Editor: Saifullah
Gubuk kecil yang tidak layak huni ini berlokasi di pinggir Jalan Nasional Blangpidie-Tapaktuan, dan sudah ditempati Arbulan bersama istri serta tiga anaknya sekitar 6 tahun terakhir.
Ironisnya, gubuk kecil itu sempat digunakan untuk menampung adiknya Fatimah bersama tujuh putrinya .
• MA Tolak Gugutan PT Cemerlang Abadi, Wakil Ketua DPRK: Hukum Telah Berpihak Kepada Masyarakat
• Covid-19 Pengaruhi Penjualan Kayu
• Peringati HUT Ke-75 TNI, Kodim Abdya Rehab Rumah Nenek Miskin Usia 80 Tahun di Lembah Sabil
Dengan demikian, satu keluarga besar beranggotakan 13 orang, terdiri dari suami, istri, sembilan anak, satu menantu dan satu cucu, resmi pindah keyakinan menjadi penganut Agama Islam.
“Masih ada satu orang lagi anak kami yang tertua (sulung) laki-laki dan sudah berkeluarga masih tinggal di Tapanuli Selatan. Juga ada rencana menyusul kami ke Aceh,” kata Eti Sama Gea kepada Serambinews.com usai acara pensyahadatan, Jumat lalu.
Prosesi pensyahadatan dipimpin Tgk H Ahmad Ismi Lc MA atau yang lebih dikenal Abu Madinah, Pimpinan Dayah Babun Najah, Banda Aceh.
“Abu Madinah secara kebetulan ada jadwal mengajar setiap Jumat di Dayah Darussalam, kemudian diutus pihak dayah untuk membimbing dua kalimat syahadat terhadap satu keluarga yang masuk Islam,” ungkap Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi.
Eti Sama Gea, sebagai kepala keluarga setelah mengucapkan dua kalimat syahadat mengaku sangat bahagia dan terharu atas perhatian sangat besar dari warga muslim setempat.
Ayah 10 putra-putri dari perkawinannya dengan Fatimah itu mengungkapkan, keputusan pindah keyakinan murni atas keinginan bersama istri dan anak-anak, sama sekali tidak ada paksaan dari pihak mana pun.
Karena tertarik menjadi penganut Islam, Eti Sama Gea rela meninggalkan tempat tinggal yang sudah dihuni puluhan tahun di lokasi hutan Morsa, kawasan sangat terpencil Desa Gunung Baringin, Tapanuli Selatan, kemudian datang ke Aceh.
• 11 Hari Dirawat, Seorang Pasien Positif Covid-19 Meninggal di RSU Cut Meutia Aceh Utara
• Berikut 8 Manfaat Masker Kopi untuk Wajah, Silakan Coba di Rumah
• Pasien Positif Covid-19 Terbanyak di Banda Aceh di Kecamatan Kuta Alam, Ini Rincian Per Kecamatan
Ia bersama seluruh keluarga berencana menetap dan berbaur bersama masyarakat di Labuhan Haji Barat. “Mungkin keputusan ini merupakan ilham bagi keluargaku semua,” ucap Eti Sama Gea dengan terbata-bata dan berlinang airmata.
Perasaan haru dan bahagia juga dikemukakan oleh Agusniat (20)- menantu perempuan dari Eti Sama Gea-- didampingi suaminya, Yaswan Gea (20).
Smbil menangis haru, ibu muda satu anak ini mengaku sangat bahagia setelah masuk Islam. “Mudah-mudahan, ke depannya saya terus berjuang untuk menjadi Islam,” ucapnya.
“Mudah-mudahan Allah SWT bisa membuka jalan rezeki kepada kami. Kami keluarga sangat sederhana dan hidup sangat susah. Setelah ini (masuk Islam), kami terus berjuang dan mudah-mudahan kami bisa bahagia untuk selamanya,” ungkap Agusniat sambil menangis haru ketika diwawancarai Serambinews.com.
Ungkapan dengan penuh haru dari ibu muda ini diaminkan oleh seluruh warga mendampinginya di Masjid Baitul Fallah, Dusun UJong Blang, Gampong Kuta Trieng, Labuhan Haji Barat.
• Warga Positif Covid-19 di Subulussalam Bertambah Tiga Orang
• 100 Ribu Lebih Orang Mati Akibat Covid-19 di India, belum ada Tanda Pandemi Corona akan Usai
• BPBD Aceh Besar Kerahkan 3 Damkar Padamkan Kobaran Api di Kawasan Ilalang Lampupok Raya, Indrapuri
Terima Bantuan Tanah
Keputusan satu keluarga (13 orang) dari Tapanuli ini masuk Agama Islam mendapat simpati dari banyak pihak. Bantuan dari warga dan tokoh masyarakat terus mengalir.
Usai pensyahadatan, secara terbuka Camat Labuhan Haji Barat, H Said Suhardi mengumumkan bahwa Azmir SH, tokoh masyarakat Blang Keujeren, Labuhan Haji Barat,, dan H Lahmuddin, tokoh masyarakat asal Manggeng, Abdya memberikan wakaf tanah sebagai pertapakan pembangunan rumah bagi keluarga mualaf tersebut.