Kupi Beungoh

Pertalian Keilmuan Habib Abdurrahman Az-Zahir

Dalam salah satu khutbahnya di Masjid Raya Baiturrahman, beliau menyampaikan tentang sosok Habib Abdurrahman Az-Zahir yang pernah belajar di Al-Azhar

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Kehadiran ulama besar Al-Azhar Kairo Mesir, Prof Dr Usamah Sayyid Al-Azhari ke Aceh disambut antusias masyarakat Aceh. Kehadiran Penasihat Presiden Mesir yang diinisiasi oleh IKAT Aceh ke bumi Serambi Mekkah itu dimanfaatkan masyarakat Aceh untuk menimba ilmu. 

Oleh Sayed Murtadha Al-Aydrus*)

Salah satu ulama muda al-Azhar, Syeikh Usamah Sayyid Al-Azhari, tengah berada di Aceh dalam kegiatan safari dakwah.

Dalam salah satu khutbahnya di Masjid Raya Baiturrahman, beliau menyampaikan tentang sosok Habib Abdurrahman Az-Zahir yang pernah belajar di Al-Azhar, Kairo-Mesir.

Habib Abdurrahman Az-Zahir belajar kepada salah satu Syaikhul Akbar Al-Azhar Syeikh Syamsuddin Al-Anbabi tentang Fiqh Mazhab Syafi'i.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa ketika pulang dari al-azhar, diikutsertakan seorang alim Al-Azhar untuk bersama Habib Abdurrahman Az-Zahir meneruskan belajar fiqh sampai alim tersebut kembali ke rahmatullah di Yaman.

Berdasar data yang dimiliki penulis, selain pernah menimba ilmu kepada Syeikh Syamsuddin Al-Anbabi, Habib Abdurrahman Az-Zahir pernah juga belajar kepada Al-Alamah Bajuri Syeikh Ibrahim bin Muhammad Al-Bajuri Al-Misri yang pernah menjadi Syaikul Azhar sebelum Syeikh Syamsuddin Al-Anbabi.

Ulama Besar Al-Azhar Kairo Mesir, Prof Dr Usamah Sayyid Al-Azhari
Ulama Besar Al-Azhar Kairo Mesir, Prof Dr Usamah Sayyid Al-Azhari (IST)

Berdasarkan data keluarga, beliau pernah diantarkan oleh ayahandanya untuk belajar di Mesir pada usia muda, dimana pada masa itu beliau belum datang ke Aceh.

Sehingga tidak mengherankan apabila ketika pada Syaikul Azhar Syeikh Syamsuddin Al-Anbabi, Habib Abdurrahman Az-Zahir telah disebutkan sebagai Amir Al-Asyi karena beliau telah memiliki jabatan di Kesultanan Aceh dan juga telah bermukim di Bumi Serambi Mekah.

Selain kepada dua ulama tersebut, tokoh yang pernah berkontribusi dan berperan besar terhadap Kesultanan Aceh Darussalam pada pertengahan abad ke-19 M tersebut juga memiliki pertalian keilmuan kepada sejumlah ulama-ulama masyhur di berbagai belahan dunia.

Pertama, guru beliau adalah ayahandanya Habib Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur, dimana beliau belajar dan menghafal Al-Qur'an, bahasa Arab, juga ilmu keislaman kepada ayahnya.

Keluarga Al-Masyhur adalah satu bagian keluarga Ba'alawi yang berasal dari Asyraf Hadramaut, dimana yang awal diberi gelar dengan Al-Masyhur adalah Habib Muhammad bin Ahmad Syahabuddin bin Muhammad bin Syahabuddin Al-Asghar (w.1130 H).

Secara nasab, Habib Abdurrahman Az-Zahir berasal dari keluarga Al-Masyhur, sedangkan Az-Zahir adalah laqab beliau.

Kedua, guru beliau adalah Habib Alwi bin Ahmad Al-Jufri di Malabar. Beliau adalah salah satu ulama dari keluarga Al-Jufri yang berdakwah di Calicut, India.

Baca juga: Refleksi Perjuangan Habib Abdurrahman Teupin Wan dalam Nilai-nilai Patriotisme

Ketika penulis berziarah ke sana berkesempatan untuk datang ke makam Habib Alwi bin Ahmad Al-Jufri yang merupakan masih cucu samping dari pada seorang waliyullah Habib Syeikh bin Muhammad Al-Jufri (w.1222 H).

Habib Abdurrahman Az-Zahir mendapat sejumlah ijazah doa dan amalan-amalan sebagaimana yang tersebut dalam sebuah manuskrip koleksi museum Aceh. Habib Alwi bin Ahmad Al-Jufri kembali ke rahmatullah di Calicut pada tahun 1291 H.

Ketiga, Habib Fadhil bin Alwi Al-bin Sahil Khailah di Turki. Beliau merupakan salah satu keluarga habaib yang memiliki pengaruh di Kesultanan Turki Usmani.

Habib Fadhil lahir di Wilayah Kerala dan tumbuh kembang di sana sampai beliau menjadi tokoh berpengaruh di Turki.

Sayid Fadhil datang ke Turki melalui Mesir pada tahun 1853 M dengan rekomendasi dari Syeikh Abbas Pasha (perwakilan Kesultanan Turki Usmani di Kairo).

Pada periode Sultan Abdul Aziz (1861-1876), beliau diangkat menjadi penasehat sultan dan juga aktif dalam mensyiarkan Islam melalui belajar mengajar di Turki.

Tokoh ini merupakan salah satu guru dari pada Habib Abdurrahman Az-Zahir sebagaimana yang tersebut dalam manuskrip koleksi museum Aceh.

Sehingga tidak mengherankan apabila sultan Aceh meminta bantuan kepada Turki pada abad ke-19 M, Habib Fadhil merekomendasikan Habib Abdurrahman Az-Zahir untuk datang ke Aceh dalam misi menyelesaikan dan membantu Kesultanan Aceh pada saat itu.

Diantara jasa-jasa beliau adalah mengumpulkan dana dan melakukan renovasi Mesjid Raya Baiturrahman, mendamaikan konflik internal dalam keluarga kesultanan, menertibkan pada Ulee Balang yang tidak patuh kepada sultan dan juga kontribusi beliau dalam perang Hindia Belanda di Aceh.

Baca juga: Syaikh Usamah Mesir Akui Kesamaan Ajaran Dayah Darul Ihsan dengan Universitas Al-Azhar, Ini Pesannya

Habib Fadhil kembali kerahmatullah pada 2 Ra'jab 1318 H di Turki. Beliau dimakamkan disamping makam Sultan Muhammad Khan dan dihadiri oleh Sultan Abdul Hamid II beserta para pembesar Kerajaan Turki lainnya.

Beliau memiliki sejumlah karya diantaranya adalah Tarikat Al-Hanifa (1317 H), Tanbih Al-Ukala (1298 H) dan lain-lain.

Keempat adalah Habib Muhammad bin Abdul Bari Al-Ahdal. Beliau adalah seorang sayid yang berasal dari keluarga Al-Ahdal yang saleh, alim dan juga seorang munsib.

Keluarga ini merupakan inteletual yang memiliki berbagai karya dalam bidang ilmu bahasa, hadis maupun tasawuf, diantaranya adalah Habib Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari (w.1298 H), ponakannya, yang menuliskan kitab Ifdatu As-sadah Al-'umdah. Tokoh ini juga salah satu guru dari Habib Abdurrahman Az-Zahir di Zabid, Yaman.

Banyak tokoh-tokoh Aceh yang sejak dahulu telah menimba ilmu ke Zabid, diantaranya adalah Syeikh Abdurrauf bin Ali Al-Fansuri yang menjabat Qadhi Malikul Adil Kesultanan Aceh Pada abad ke-17 M. Habib Abdurrahman Az-Zahir belajar sejumlah ilmu bahasa, hadist dan juga tasawuf kepada Habib Muhammad bin Abdul Bari Al-Ahdal.

Sejauh ini penulis mendapati enam orang pertalian sanad keilmuan dari pada Habib Abdurrahman Az-Zahir termasuk dengan dua ulama yang pernah menjadi Syaikul Azhar di Mesir.

Baca juga: Inikah Etika dan Moral Politik yang Akan Diwariskan Jokowi untuk Bangsa?

Dua ulama mesir ini menjadi katalisator keilmuan Habib Abdurrahman Az-Zahir dalam bidang fiqh. Diantara murid Syeikh Ibrahim bin Muhammad Al-Bajuri adalah Syeikh Ahmad ad-Dimyathi Al-Makki dan Syeikh Abdul Hamid Asy-Syarwani, dimana keduanya merupakan ulama-ulama yang alim dalam hal fiqh.

Begitu juga dengan murid-muridnya Syeikh Syamsuddin Al-Anbabi diantaranya Syaikh Hasunah Al-Nawawi, Sayyid Ali Al-Bablawi dan lainnya. Pertalian keilmuan ini mempertegas bahwa sosok yang dikirim oleh sultan Turki ke Aceh bukan tokoh biasa, tetapi mempunyai kapasitas ilmu yang tinggi.

Sedangkan melalui Habib Fadhil bin Alwi Al-bin Shahil Khailah,, Habib Alwi bin Ahmad Al-Jufri dan ayahandanya, beliau memperdalam dan memperkuat tasawuf Ba'alawi serta mempelajari ilmu-ilmu khas dalam keluarga Ba'alawi.

Dari ketiga guru beliau tersebut, sanad Tarekat Alawiyah dari pada Habib Abdurrahman Az-Zahir bersambung, terutama sanad dari pada keluarganya Al-Masyhur.

Sedangkan dari Habib Muhammad bin Abdul Bari Al-Ahdal, beliau mendapatkan banyak yang berhubungan dengan ilmu bahasa, sejarah dan hadis.

Pada sejumlah catatan kecil lainnya disebutkan juga beliau pernah belajar kepada tokoh ulama-ulama di Mokha, Tarim dan juga beberapa wilayah di Afrika.

Baca juga: Kilas Balik Perjuangan Habib Abdurrahman Teupin Wan Melawan Penjajahan Belanda Selama 38 Tahun

Tentunya hal ini membutuhkan kajian lanjutan untuk melengkapi biografi Habib Abdurrahman Az-Zahir yang pernah menjabat sebagai perdana menteri Aceh pada era Sultan Mahmud Syah (1870-1874) dalam perspektif pertalian keilmuan.

Selain pertalian keilmuan melalui gurunya, Habib Abdurrahman Az-Zahir memiliki sejumlah murid diantaranya adalah Habib Hasyim bin Umar Bafaqih, Nyak Ali Lampaseh, Aceh Besar, dan lainnya.

Beliau juga memiliki sejumlah keturunan yang menyebar di berbagai wilayah. Habib Abdurrahman Az-zahir lahir di Tarim pada tahun 1249 H /1832 M dan kembali ke rahmatullah di Jeddah pada tahun 1314 H/1896 M.(*)

*) PENULIS adalah Ketua Yayasan Asyraf Aceh

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved