Kupi Beungoh
Sarawak Bumi Kenyalang, Antara "Buku Hijau" dan Partai Lokal yang Bucho Bhan
Semua orang yang memasuki Sarawak dari luar negeri ini di wajibkan melewati lorong imigrasi untuk pemeriksaan passport dan pemberian visa.
GPS adalah partai paling besar dan utama di negeri Sarawak layaknya Partai Aceh di bumoe indatu.
Tapi mereka tidak bisa bertanding sampai ke parlemen Malaysia di Putrajaya walaupun status mereka partai lokal.
Tidak seperti partai-partai lokal di Aceh yang sampai perbatasan Aceh Tamiang - Langkat sudah terhenti alias ka bucho bhan.
Partai yang di pimpin oleh Abang Haji Abdul Rahman Zohari Tun Abang Haji Openg atau sering di panggil " Abang Jo" ini memperolehi 23 kursi parlemen ke PutraJaya dari 31 kursi yang dipertandingkan di negeri Sarawak untuk mewakili rakyat Sarawak di parlemen Malaysia.
Dengan jumlah kursi yang lumayan banyak ini mereka bisa jadi nilai tawar untuk pusat.
Jika mereka tidak menyertai koalisi Pakatan Harapan yang dipengurusi oleh Dato Sri Anwar Ibrahim, mustahil Anwar Ibrahim bisa menjadi Perdana Menteri ke-10 Malaysia, dikarnakan tidak bisa memperolehi mayoritas di parlemen.
Jika dilihat dari cara mereka berpolitik,tidak salah Aceh dengan kekhususannya bisa mencontoh apa yang bangsa Borneo ini lakukan.
DPRA selaku institusi parlemen Aceh bisa membuat studi banding ke Sarawak untuk bahan pertimbang dalam mengambil kebijakan merevisi UUPA.
Hal itu supaya mimpi pemerintahan sendiri yang "merdeka" dalam bingkai NKRI seperti mana sering didengungkan oleh Tgk Saiful Bahri alias Pon Yahya selaku ketua DPRA bisa cepat terealisasi.
Apa yang Sarawak boleh capai tidak mustahil Aceh bisa mengwujudkan jika kita mau belajar dari apa yang orang lain buat.
Dalam revisi UUPA ,penguatan partai lokal di Aceh harus benar-benar di ambil.
Partai lokal Aceh bek lee bucho bhan sampe batas Tamiang.
Semoga kedepan legislator-legislator dari Partai Aceh atau PNA atau SIRA cs dalam "Fraksi Aceh Meusaboh" akan bersuara lantang di gedung kura-kura ketika berbicara soal kekhususan Aceh. Wassalam (*)
*) Penulis adalah Iskandarsyah Bin Syarifuddin, tenaga kerja profesional yang menjabat sebagai site superintendent di sebuah perusahaan kontruksi di negeri Sarawak.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya DI SINI
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.