Kupi Beungoh
Rakyat, Qurban, dan Pemimpin: Menyembelih Ego, Menyulam Cinta
perayaan Idul Adha terasa lebih bermakna bagi rakyat Aceh, yang baru saja menatap lembaran baru dengan hadirnya pemimpin-pemimpin baru
Rakyat Aceh, dengan segala sederhana dan kekuatannya, hanya meminta satu hal: pemimpin yang hadir dengan hati.
Yang menunduk bukan karena kalah, tapi karena cinta.
Yang menyembelih bukan hanya hewan, tapi juga ego.
Yang memimpin bukan hanya dengan tangan, tapi dengan hati yang rela terbuka.
Qurban adalah latihan menjadi manusia yang utuh.
Menjadi pemimpin yang bukan hanya memerintah, tapi juga melayani.
Yang hadir bukan hanya dalam pesta, tapi juga dalam luka.
Yang membagi bukan hanya daging, tapi juga perhatian.
Yang menepati janji, bukan hanya mengumbar kata.
Aceh hari ini membutuhkan pemimpin seperti itu.
Pemimpin yang tak hanya datang saat kampanye, tapi juga hadir saat rakyat terluka.
Pemimpin yang tak hanya bicara soal pembangunan, tapi juga bicara soal keadilan.
Pemimpin yang tak hanya membagi materi, tapi juga membagi kasih.
Dan qurban mengajarkan kita semua: bahwa menjadi pemimpin sejati bukan soal berapa tinggi kita berdiri, tapi seberapa dalam kita menunduk.
Bukan soal berapa banyak yang kita punya, tapi seberapa banyak yang kita bagi.
Bukan soal berapa besar suara yang kita menangkan, tapi seberapa tulus kita mendengar suara rakyat.
Qurban dan pemimpin--dua kata yang saling berkait.
Dua kata yang mengingatkan kita: bahwa kepemimpinan adalah qurban yang tak berhenti.
Qurban yang tak hanya memotong hewan, tapi juga memotong keangkuhan diri.
Qurban yang tak hanya hadir di musim haji, tapi setiap hari, dalam setiap keputusan, dalam setiap langkah.
Maka, mari kita belajar dari qurban di tanah Aceh ini.
Menjadi pemimpin yang menunduk, yang menyulam cinta dalam sunyi, yang memberi bukan untuk dipuji, tapi karena cinta.
Menjadi pemimpin yang hadir bukan hanya di depan panggung, tapi juga di balik layar.
Pemimpin yang tak takut kehilangan, karena yang ia genggam bukan kekuasaan, melainkan kasih yang tulus.
Karena sejatinya, qurban dan kepemimpinan adalah tentang satu hal: menyembelih ego dan, menyulam cinta.
*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.