Kupi Beungoh
Kolaborasi Aceh-Sumut Menuju Indonesia Emas - Refleksi Hari Kewirausahaan Nasional 2025
Dimasa pandemi, entitas pelaku usaha yang berbeda kelompok bisnis bahkan berbeda asal daerah ternyata bisa bersatu.
Tapi saat dicermati lebih dalam, itulah juga penanda stagnasi.
Sementara di Sumut, hanya 23,6 persen ekonominya bergantung pada agraria.
Sisanya, ia berlari cepat dalam mesin-mesin industri, logistik, dan pergudangan.
Di Aceh, semangat wirausaha tetap berkobar meski menghadapi berbagai tantangan.
Menurut data Dinas Koperasi dan UKM Aceh, hingga akhir 2024, jumlah UMKM di provinsi Aceh mencapai 424.850 unit.
Sedangkan di Sumut menurut data terbaru dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumut, jumlah pelaku UMKM di Sumut per tahun 2024 mencapai 1.168.918 usaha.
Namun, pelaku UMKM Aceh masih dihadapkan pada keterbatasan akses permodalan, rendahnya literasi digital, dan infrastruktur logistik yang belum merata.
Berita utama ekonomi Aceh hari ini adalah cerita tentang uang Aceh yang tidak beredar dan berputar di Aceh.
Data Perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Aceh 2024 memperlihatkan, masyarakat Aceh tiap tahun belanja telur ayam dan ayam potong ke Sumut, dengan nominal fantastis! nilainya bisa mencapai Rp2,6 trilliun per tahun.
Kemudian Data Bank Indonesia Provinsi Aceh terbaru di Juni 2025 mengungkapkan bahwa 40 persen uang di Aceh mengalir ke luar daerah.
Dari sejumlah data, fakta dan tantangan ekonomi Aceh-Sumut diatas; ada irisan nyata antara 4,66 persen pertumbuhan Aceh dan 5,2 persen Sumut yang bisa dijembatani oleh kolaborasi strategis.
Perlu pendekatan ekonomi yang lebih adil untuk Aceh.
Kolaborasi dan formulasi kebijakan baru bisa memberikan kemenangan ekonomi bagi kedua daerah.
Aceh menawarkan potensi agribisnis dan budaya, sementara Sumut menyediakan pasar, infrastruktur, dan kapasitas digital.
Sinergi ini tidak hanya akan menguntungkan secara ekonomi, tapi juga memperkuat integrasi regional, mendorong kemajuan berkelanjutan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kedua daerah di ujung Pulau Sumatera.
Secara khusus, Aceh harus memperkuat struktur ekonomi lokal, mendorong terus tumbuh dan kuatnya UMKM hingga meningkatkan aktivitas industri.
Ini bisa terwujud dengan kolaborasi strategis dan berkelanjutan oleh pelaku usaha Aceh-Sumut dengan dukungan solid dan terukur kedua pemerintah daerah.
Manfaatkan Momentum
Sebagai individu yang memiliki akar dan jaringan di kedua wilayah, saya melihat potensi besar dalam kolaborasi antara pengusaha muda Aceh-Sumut.
Aceh dengan semangat wirausahanya yang gigih dan Sumut dengan infrastruktur serta pertumbuhan ekonominya yang pesat dapat saling melengkapi.
Ditambah lagi saat ini sejumlah menteri Kabinet Merah Putih yang berasal dari Aceh dan Sumut, duduk pada posisi yang strategis untuk mendukung ekosistem kewirausahaan.
Sebut saja Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya (Aceh), lalu duet Menteri Dan Wakil Menteri Kementerian Komunikasi & Digital (Komdigi), Meutya Hafid (Sumut) dan Nezar Patria (Aceh).
Kemudian Menteri Luar Negeri Sugiono (Aceh).
Ditambah jajaran para menteri dan wakil menteri dari Sumut; Maruarar Sirait, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman; Otto Hasibuan, Wakil Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan; Romo HR Muhammad Syafii, Wakil Menteri Agama, dan Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi.
Dari dunia usaha ada Ketua Umum BPP HIPMI saat ini, Akbar Buchari, putera Aceh yang sebelumnya pernah memimpin HIPMI Sumut.
Teranyar, Ketua Kadin Sumut Firsal Dida Mutyara, yang juga berdarah Aceh baru saja diangkat menjadi Komisaris Utama Bank Sumut.
Belum lagi ratusan diaspora Aceh-Sumut lainnya yang berada di sejumlah posisi strategis, baik di BUMN maupun swasta nasional & multinasional.
Menghidupkan ekosistem bisnis membutuhkan koneksi dan jaringan.
Menjemputnya lewat dukungan dan hubungan emosional sangatlah penting.
Aceh dan Sumut membutuhkan investor-investor lokal hingga multinasional.
Jaringan dan pintu ke sana bisa dibuka dan terbuka oleh para pemangku kebijakan yang ada di Jakarta saat ini.
Optimisme untuk Tumbuh Bersama
Hari Kewirausahaan Nasional yang juga hari ulang tahun HIPMI menghadirkan refleksi, bahwa di balik setiap tantangan terdapat peluang.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, kolaborasi antarwilayah, dan semangat pantang menyerah, Indonesia dapat membangun ekosistem kewirausahaan yang kuat dan inklusif.
Hari ini adalah momentum untuk merefleksikan dan merencanakan langkah ke depan.
Dengan semangat kolaborasi dan sinergi antara Aceh-Sumut, kita dapat membangun masa depan yang lebih cerah, menjadikan kewirausahaan sebagai pilar utama pembangunan bangsa.
Sebagaimana semangat HIPMI yang terus menyala sejak kelahirannya; mari kita terus menyalakan api kewirausahaan, membangun jembatan kolaborasi, dan menciptakan perubahan positif menuju Indonesia emas 2045.
*) PENULIS adalah Ketua Indonesia Islamic Youth Economic Forum (ISYEF) Provinsi Aceh, Pengurus BPC HIPMI Kota Medan periode 2020-2023, Pendiri MFF Syndicate (Kelompok Kajian Kebijakan Publik)
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Isi artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca artikel KUPI BEUNGOH lainnya di SINI
kolaborasi aceh sumut
indonesia emas
Hari Kewirausahaan Nasional
UMKM di Aceh
umkm di sumut
kupi beungoh
opini serambinews
Fauzan Febriansyah
MFF Syndicate
Indonesia Islamic Youth Economic Forum
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Ketika Guru Besar Kedokteran Bersatu untuk Indonesia Sehat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.