Kupi Beungoh
Pembelajaran Mendalam 'deep learning', Dalam Pandangan Islam Dan Prakteknya
Pembelajaran mendalam (deep learning) yang sekarang ini sedang trend, dalam berbagai seminar, workshop, pelatihan
• Keterampilan abad ke-21:
Pembelajaran mendalam membantu siswa mengembangkan keterampilan yang penting di abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas.
• Pembelajaran berbasis proyek:
Siswa terlibat dalam proyek yang menantang dan relevan, di mana mereka menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
• Diskusi dan kolaborasi:
Siswa berdiskusi dan bekerja sama untuk memecahkan masalah dan membangun pemahaman bersama.
• Umpan balik yang konstruktif:
Guru memberikan umpan balik yang jelas dan membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka.
• Pemanfaatan teknologi:
Menggunakan teknologi untuk mendukung pembelajaran mendalam, seperti simulasi, platform kolaborasi, dan sumber daya online.
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran mendalam, diharapkan siswa dapat menjadi pembelajar yang lebih mandiri, kritis, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
D. Penerapan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) Dalam Pendidikan Islam.
Kita melihat cara Rasulullah dalam mendidik para sahabat, mendidik anak dan Istri beliau pada masa awal ke Islaman. Diawali dari seorang pribadi teladan itulah Rasulullah SAW. Dengan demikian, mendidik dalam Islam yang pertama dan utama dibutuhkan adalah seorang guru, seorang pendidik yang teladan.
Selanjutnya kita melihat Rasulullah SAW itu menguasai materi pembelajaran yaitu Al-Qur'an sebagai dasar, bekal dalam mendidik. Oleh karena itu seorang guru, pendidik dalam Islam wajib menguasai materi pembelajaran yang menjadi bidang keahliannya, sekaligus menguasai Al-Qur'an, baik itu bacaannya, hafalannya, terjemah, tafsir, dan ilmu yang terkaitnya dengannya, sebagai landasan, tujuan, dasar dan standar utama dalam mendidik.
Sehubungan dengan jauhnya, masa Rasulullah dengan zaman sekarang, seorang pendidik harus menguasai Hadits, minimal Hadits yang terkait dengan bidang ia ajarkan sebagai penghubung antara seorang pendidik dengan sang guru teladan Rasulullah SAW. Selanjutnya guru atau pendidik Islam, wajib memahami Sirah para Nabi dan sahabat sebagai teladan, idola, dan wajib diajarkan kepada anak didik.
Dalam proses pembelajaran kita lihat Rasulullah SAW, mengajarkan segala macam materi yang berkaitan dengan urusan dunia dan akhirat kepada anak didik ( dalam hal ini para sahabat). Apa yang disampaikan oleh Nabi, dihafalkan atau dicatat oleh anak didik (sahabat), untuk menjaga dan memperkuat ilmu. Apa yang di lihat, didengar, didiamkan oleh Rasulullah SAW diikuti, disampaikan lagi kepada orang lain sebagai dakwah, untuk menjaga dan mewariskan syari'at kepada generasi Islam.
Setelah selesai menyampaikan materi, Rasulullah SAW memberikan contoh, praktek, latihan, tanya jawab, mendiskusikan, membiasaan materi atau teori yang sudah beliau sampaikan sampai anak didik (para sahabat). Ini dapat kita lihat dari sanad, dan matan Hadits, adanya praktek, pembiasaan diskusi dan tanya jawab antara Rasulullah dan sahabat dalam belajar.
Ini dimaksudkan, setelah menguasai teori, praktek, melahirkan seorang pribadi yang ta'at (sami'na wa atha'na) atas semua perintah dan larangan Rabb-Nya. Seorang pribadi yang mencintai Rabb dan Rasul-Nya diatas segalanya.
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata". ( QS. Al-Ahzab-ayat-36).
Dalam ayat lain Allah sebutkan,
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. An-Nisa: 59)
Begitu mendalamnya para sahabat memahami setiap materi yang disampaikan Rasulullah SAW, menjangkau akhirat, melahirkan akhlak sami'na wa atha'na kepada Rabb ( Allah SWT), sampai mereka rela mengorban harta, diri dan nyawa untuk seorang Nabi Muhammad dan Syari'at Islam.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.