Pojok Humam Hamid
Kontroversi Menggelegar Zohran Mamdani di New York: Saya Akan Tangkap PM Israel- Benyamin Netanyahu
inisiatif Mamdani berpotensi menimbulkan ketegangan diplomatik, terutama dengan pemerintahan Trump yang mendukung Netanyahu.
Dukungan ini bukan sekadar endorsement politik.
Ini adalah seruan untuk bersatu, untuk memilih pemimpin yang bukan hanya punya visi, tetapi juga keberanian untuk mewujudkannya.
Zohran Mamdani, menurut gubernur, adalah pemimpin yang siap membawa New York City ke masa depan yang lebih adil, lebih aman, dan lebih inklusif.
Dalam dunia politik New York yang keras dan dinamis, dukungan politik dari tokoh-tokoh besar bukan sekadar formalitas, ia adalah isyarat arah politik, komitmen nilai, dan harapan akan masa depan.
Dalam konteks ini, dukungan resmi Gubernur New York kepada Assemblyman Zohran Mamdani sebagai calon wali kota New York City bukan hanya mengejutkan, tapi juga sangat signifikan.
Dukungan ini menempatkan Mamdani dalam barisan tokoh-tokoh yang sebelumnya mendapat endorsement penting di New York.
Barack Obama mendukung Bill de Blasio pada 2013, yang membantu de Blasio menang besar dan membawa kebijakan progresif ke Balai Kota New York.
Sejarah mencatat bahwa dukungan terbuka semacam ini mampu mengubah arah politik New York, dan Mamdani kini ada di tengah gelombang itu.
Lebih dari sekadar gestur politik, dukungan Gubernur terhadap Mamdani menunjukkan kesediaan untuk menjalin kemitraan antarlembaga--antara negara bagian dan kota-- demi mengatasi krisis keterjangkauan, keamanan publik, dan meningkatnya diskriminasi.
Mamdani dinilai bersedia mendengarkan, berdialog, dan berkompromi, tanpa kehilangan prinsip dasar keadilan sosial yang ia perjuangkan.
Dalam banyak hal, ini adalah momen penting bagi politik New York.
Dukungan dari seorang gubernur kepada calon wali kota yang relatif muda dan progresif adalah sinyal baru.
Sinyal itu adalah bahwa masa depan New York mungkin akan ditentukan oleh koalisi baru, yang menggabungkan semangat perubahan dengan tanggung jawab pemerintahan.
Zohran Mamdani mungkin bukan kandidat yang paling konvensional, tapi dalam matanya, Kathy Hochul melihat semangat khas New York--sebuah kota yang tidak pernah takut untuk melawan ketidakadilan, berdiri tegak, dan membayangkan sesuatu yang lebih baik.
Jika sejarah menjadi tolok ukur, maka seperti para pemimpin yang lahir dari dukungan politik yang berani, Zohran Mamdani bisa saja menjadi harapan baru yang nyata bagi New York City.(*)

*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
Artikel dalam rubrik Pojok Humam Hamid ini menjadi tanggung jawab penulis.
Revisi UUPA, TA Khalid, dan “Pepesan Kosong” |
![]() |
---|
MSAKA21: Indrapuri, Candi yang Menjadi Masjid - Bagian IX |
![]() |
---|
“Iman Teknokratis” dan “Cuaca Buruk”: Manmohan Singh, Zhu Rongji, dan Sri Mulyani |
![]() |
---|
Keamanan vs Perdamaian: Marco Rubio, Netanyahu, Ayalon, dan Masa Depan Palestina |
![]() |
---|
MSAKA21: Indrapatra, Benteng, Candi, dan Jejak Hindu di Pesisir Aceh - Bagian VIII |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.