Pojok Humam Hamid

Kontroversi Menggelegar Zohran Mamdani di New York: Saya Akan  Tangkap PM Israel- Benyamin Netanyahu

inisiatif Mamdani berpotensi menimbulkan ketegangan diplomatik, terutama dengan pemerintahan Trump yang mendukung Netanyahu.

Editor: Zaenal
Capture Youtube Serambinews.com
JANJI TANGKAP NETANYAHU - Kandidat wali kota New York dari Partai Demokrat, Zohran Mamdani berjanji menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, jika menang dalam pemilihan mendatang. Pernyataan itu disampaikan Mamdani dalam wawancaranya dengan The New York Times pada Minggu, 14 September 2025, 

Oleh Ahmad Humam Hamid*)

Zohran Mamdani, kandidat Wali Kota New York dari Partai Demokrat, menciptakan kontroversi menggelegar di ibu kota keuangan dunia itu.

Pernyataannya bahwa jika ia terpilih sebagai Wali Kota New York pada awal November mendatang, ia akan menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, kapan saja ia mendarat di New York City. 

Pernyataan yang disampaikan Mamdani dalam wawancaranya dengan The New York Times pada Minggu, 14 September 2025, merujuk pada surat perintah dari International Criminal Court (ICC) terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. 

Mamdani menegaskan akan memerintahkan NYPD-Polisi kota New York untuk menjalankan surat perintah tersebut, meskipun sebagai wali kota, ia tidak memiliki wewenang hukum untuk memerintahkan penangkapan semacam itu.

Langkah Mamdani dinilai oleh para pakar hukum sebagai lebih bersifat simbolik daripada realistis. 

Amerika Serikat bukan anggota ICC dan tidak berkewajiban melaksanakan surat perintah dari lembaga tersebut. 

Selain itu, inisiatif Mamdani berpotensi menimbulkan ketegangan diplomatik, terutama dengan pemerintahan Trump yang mendukung Netanyahu.

Namun, secara politik, pernyataan ini mendapat respons positif dari banyak pemilih New York, terutama dari kalangan progresif yang menjadi basis pendukung Mamdani. 

Sebuah survei koran New York Times dan Siena menunjukkan hal yang sangat luar biasa

43 persen pemilih menganggap Mamdani sebagai kandidat yang paling baik menangani isu Israel-Palestina, jauh mengungguli lawannya seperti Andrew Cuomo dan Eric Adams.

Dukungan terhadap Palestina semakin meningkat di kalangan pemilih, termasuk pemilih Yahudi muda.

Memang benar, sebagian besar pemilih Yahudi di kota New York yang lebih tua menyatakan kekhawatiran terhadap kepemimpinan Mamdani. 

Meski demikian, sikap tegas Mamdani terhadap keadilan internasional justru memperkuat citranya di mata publik.

Dengan isu Palestina sebagai pusat kampanyenya, Mamdani tampak tidak mundur dari posisi politik yang selama ini ia pegang, bahkan ketika ia mulai melunak dalam isu-isu lainnya.

Baca juga: Zohran Mamdani dan Anies Baswedan: Apa Beda Queens dan Kampung Bayam?

Unggul di berbagai survei

Zohran Mamdani, kandidat Demokrat untuk wali kota New York, menunjukkan keunggulan signifikan dalam berbagai survei terbaru, terutama berkat dukungan kuat dari pemilih muda dan progresif. 

Polling New York Times/Siena pada awal September 2025 menempatkan Mamdani sebagai pemimpin dengan 46 % suara, jauh di atas mantan gubernur Andrew Cuomo (24 % ), serta kandidat independen Curtis Sliwa (15 % ), dan Eric Adams (9 % ). 

Namun, jika hanya terjadi pertarungan dua arah antara Mamdani dan Cuomo, margin keunggulan Mamdani menyusut menjadi sekitar 4 poin, menunjukkan bahwa kehadiran kandidat independen membantu menjaga dominasinya.

Survei lain seperti Emerson dan Universitas Massachuset Lowell juga memperkuat gambaran ini, dengan Mamdani selalu berada di posisi teratas, berkisar antara 43-46 % . 

Data ini mengindikasikan bahwa Mamdani berhasil mengkonsolidasikan suara pemilih yang kemungkinan besar hadir di tempat pemungutan suara. 

Polling khusus komunitas Yahudi, seperti dari Zenith Research, menunjukkan bahwa Mamdani mendapat dukungan sekitar 43?ri pemilih Yahudi, meningkat tajam menjadi 67 % di kalangan Yahudi usia 18-44 tahun. 

Ini menandakan adanya pergeseran sikap di kalangan pemilih muda Yahudi yang lebih progresif dan kritis terhadap kebijakan Israel.

Meski begitu, dukungan Mamdani di kalangan Yahudi yang lebih tua lebih terbagi dan ada kekhawatiran bahwa sikapnya yang kritis terhadap Israel dapat menimbulkan resistensi. 

Sebagian besar pemilih juga memperlihatkan reaksi beragam terhadap posisi kontroversial Mamdani terkait isu boikat dan intifada, dengan pemilih muda lebih cenderung mendukungnya dibanding kelompok usia lebih tua.

Fenomena baru warga New York

Secara keseluruhan, polling menunjukkan bahwa Mamdani unggul berkat basis pemilih muda dan progresif, namun jika pemilihan menyusut menjadi dua kandidat, ia harus bekerja keras mempertahankan dukungan di kalangan moderat dan komunitas yang lebih skeptis terhadap pandangannya. 

Strategi politiknya perlu menyeimbangkan antara mempertahankan idealisme dan menarik pemilih yang lebih luas untuk memenangkan kursi wali kota New York

Semua survei terbaru itu terbaru menunjukkan satu hal penting tentang Zohran Mamdani sekaligus fenomena baru warga New York.

Zohran Mamdani bukan hanya unggul dalam pemilihan wali kota New York secara statistik, tetapi juga mencerminkan pergeseran sosial-politik yang signifikan di kota tersebut. 

Mamdani mendapatkan dukungan kuat dari pemilih muda, progresif, dan kelompok minoritas, yang menandakan perubahan dinamika politik tradisional New York.

Dukungan mayoritas pemilih berusia muda, termasuk kalangan Yahudi usia 18–44, mencerminkan semakin kuatnya kesadaran akan isu-isu keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kritik terhadap kebijakan luar negeri, khususnya konflik Israel-Palestina. 

Ini menandakan adanya perubahan nilai di kalangan generasi muda yang lebih terbuka terhadap narasi kemanusiaan global dan solidaritas dengan kelompok yang selama ini kurang terdengar, seperti Palestina.

Sebaliknya, kelompok pemilih yang lebih tua dan moderat cenderung lebih skeptis terhadap posisi Mamdani, terutama terkait isu kontroversial seperti dukungan terhadap BDS (Boycott, Divestment, Sanctions) dan kritik terhadap pemerintah Israel. 

Hal ini menunjukkan adanya ketegangan antara aspirasi progresif dan realitas politik yang lebih konservatif, terutama di komunitas Yahudi yang lebih religius atau tradisional.

Secara politik, hasil polling mengindikasikan polarisasi yang tajam di antara pemilih New York. 

Mamdani memanfaatkan momentum gerakan sosial progresif yang menuntut perubahan sistemik, seperti keadilan ekonomi dan reformasi kepolisian, serta mengekspresikan solidaritas internasional. 

Namun, ia juga menghadapi perlawanan dari kalangan politik arus utama dan independen yang berusaha mempertahankan status quo dan hubungan tradisional dengan Israel.

Dalam konteks ini, strategi Mamdani akan ditentukan oleh kemampuannya menyeimbangkan antara mempertahankan basis progresifnya yang kuat dan merangkul pemilih moderat agar dapat memenangkan pemilu. 

Baca juga: Zohran Mamdani Dalam Arus Ideologi Politik Amerika Serikat

Dukungan Gubernur New York

Perubahan demografis dan sosial-politik di New York memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Mamdani dalam memimpin kota yang sangat beragam dan kompleks ini.

Kalaulah ada sesuatu yang membuat New York terkesima adalah dukungan yang diberikan gubernur negara bagian New York kepada Mamdani.

Dalam pernyataannya yang tegas dan penuh pertimbangan, Gubernur New York, Kathy Hochul, menyatakan dukungannya kepada Zohran Mamdani sebagai calon wali kota New York City. 

Bagi sang gubernur, pilihan ini bukan soal kesamaan pandangan mutlak, tetapi soal menemukan sosok pemimpin yang berani, jujur, dan berkomitmen terhadap masa depan warga.

Meskipun mereka berasal dari latar belakang yang berbeda--seorang gubernur perempuan dari Buffalo dan seorang legislator muda dari Queens-- keduanya disatukan oleh nilai-nilai yang sama, yakni keberanian, pengabdian, dan semangat untuk melayani. 

Mamdani dipandang sebagai sosok yang mengerti kebutuhan rakyat, mulai dari isu keterjangkauan biaya hidup, keselamatan kota, hingga pentingnya memerangi diskriminasi dan antisemitisme.

Gubernur juga menekankan pentingnya melawan kebijakan federal yang merugikan rakyat New York. 

Dalam hal ini, ia melihat Mamdani sebagai sekutu kuat yang siap berdiri tegak melawan campur tangan politik dari Washington, terutama dari  Presiden Trump.

Dukungan ini bukan sekadar endorsement politik. 

Ini adalah seruan untuk bersatu, untuk memilih pemimpin yang bukan hanya punya visi, tetapi juga keberanian untuk mewujudkannya. 

Zohran Mamdani, menurut gubernur, adalah pemimpin yang siap membawa New York City ke masa depan yang lebih adil, lebih aman, dan lebih inklusif.

Dalam dunia politik New York yang keras dan dinamis, dukungan politik dari tokoh-tokoh besar bukan sekadar formalitas, ia adalah isyarat arah politik, komitmen nilai, dan harapan akan masa depan. 

Dalam konteks ini, dukungan resmi Gubernur New York kepada Assemblyman Zohran Mamdani sebagai calon wali kota New York City bukan hanya mengejutkan, tapi juga sangat signifikan.

Dukungan ini menempatkan Mamdani dalam barisan tokoh-tokoh yang sebelumnya mendapat endorsement penting di New York. 

Barack Obama mendukung Bill de Blasio pada 2013, yang membantu de Blasio menang besar dan membawa kebijakan progresif ke Balai Kota New York. 

Sejarah mencatat bahwa dukungan terbuka semacam ini mampu mengubah arah politik New York, dan Mamdani kini ada di tengah gelombang itu.

Lebih dari sekadar gestur politik, dukungan Gubernur terhadap Mamdani menunjukkan kesediaan untuk menjalin kemitraan antarlembaga--antara negara bagian dan kota-- demi mengatasi krisis keterjangkauan, keamanan publik, dan meningkatnya diskriminasi. 

Mamdani dinilai bersedia mendengarkan, berdialog, dan berkompromi, tanpa kehilangan prinsip dasar keadilan sosial yang ia perjuangkan.

Dalam banyak hal, ini adalah momen penting bagi politik New York. 

Dukungan dari seorang gubernur kepada calon wali kota yang relatif muda dan progresif adalah sinyal baru.

Sinyal itu adalah bahwa masa depan New York mungkin akan ditentukan oleh koalisi baru, yang menggabungkan semangat perubahan dengan tanggung jawab pemerintahan.

Zohran Mamdani mungkin bukan kandidat yang paling konvensional, tapi dalam matanya, Kathy Hochul melihat semangat khas New York--sebuah kota yang tidak pernah takut untuk melawan ketidakadilan, berdiri tegak, dan membayangkan sesuatu yang lebih baik.

Jika sejarah menjadi tolok ukur, maka seperti para pemimpin yang lahir dari dukungan politik yang berani, Zohran Mamdani bisa saja menjadi harapan baru yang nyata bagi New York City.(*)

Tokoh masyarakat sipil Aceh, Ahmad Humam Hamid berpidato pada acara Peringatan 20 Tahun Perdamaian Aceh yang digelar ERIA School of Government di Jakarta, Kamis (14/8/2025).
Tokoh masyarakat sipil Aceh, Ahmad Humam Hamid berpidato pada acara Peringatan 20 Tahun Perdamaian Aceh yang digelar ERIA School of Government di Jakarta, Kamis (14/8/2025). (FOR SERAMBINEWS.COM)

*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

Artikel dalam rubrik Pojok Humam Hamid ini menjadi tanggung jawab penulis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved