Pojok Humam Hamid

Zohran Mamdani, Islamophobia, dan New York “Baru”

Pidato pertama Zohran Mamdani setelah terpilih sebagai Wali Kota New York terasa seperti ledakan moral di tengah hiruk pikuk politik Amerika

Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/HO
Prof. Dr. Ahmad Humam Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, 

Tapi justru di sanalah keberanian Mamdani diuji: ia memilih berbicara tentang kemanusiaan di tengah zaman yang lebih nyaman membicarakan kekuasaan.

Reaksi terhadap pidato itu datang secepat algoritma media sosial berputar. 

Tagar #NoMoreIslamophobia menjadi trending, sementara akun-akun sayap kanan menuduhnya memainkan politik identitas. 

Tapi di balik kebisingan digital, muncul keheningan yang lebih bermakna: seorang ibu berhijab menitikkan air mata di depan layar televisi. 

Seorang sopir taksi  muslim abangan dari Asia Selatan menggenggam setirnya lebih erat, sementa seorang remaja bernama Aisha berbisik pada dirinya sendiri, “Aku juga bagian dari kota ini.”

Bagi sebagian orang, pidato itu hanyalah simbol. 

Tapi simbol juga bisa menjadi bahan bakar sejarah. 

Baca juga: Dukung Palestina, Zohran Mamdani Ingin Tangkap Netanyahu Usai Jadi Wali Kota New York

Di kota yang pernah menjadikan prasangka sebagai kebijakan, satu pernyataan semacam itu bisa menjadi awal revolusi kultural—bukan revolusi di jalanan, tapi di hati manusia.

Ia memaksa semua orang meninjau ulang makna aman, makna bebas, dan siapa yang sebenarnya terlindungi oleh kata-kata besar itu.

Mamdani tidak menjual mimpi, sebaiknya ia menantang realitas. 

Ia tahu kebencian tidak bisa dihapus hanya dengan kata, tapi ia juga tahu bahwa diam berarti mengabadikannya. 

Dalam dunia politik yang dikuasai kalkulasi, ia memilih risiko keberanian moral, berbicara. 

Dan dalam politik, berbicara dengan kejujuran bisa jadi tindakan paling radikal.

Perubahan ini terasa tidak hanya di podium politik, tetapi di seluruh lanskap kehidupan kota. 

Dua dekade terakhir, Islam di New York telah melalui perjalanan panjang—dari citra yang dicurigai menjadi bagian sah dari denyut kehidupan perkotaan. 

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved