Pojok Humam Hamid
Zohran Mamdani, Islamophobia, dan New York “Baru”
Pidato pertama Zohran Mamdani setelah terpilih sebagai Wali Kota New York terasa seperti ledakan moral di tengah hiruk pikuk politik Amerika
Tapi justru di sanalah keberanian Mamdani diuji: ia memilih berbicara tentang kemanusiaan di tengah zaman yang lebih nyaman membicarakan kekuasaan.
Reaksi terhadap pidato itu datang secepat algoritma media sosial berputar.
Tagar #NoMoreIslamophobia menjadi trending, sementara akun-akun sayap kanan menuduhnya memainkan politik identitas.
Tapi di balik kebisingan digital, muncul keheningan yang lebih bermakna: seorang ibu berhijab menitikkan air mata di depan layar televisi.
Seorang sopir taksi muslim abangan dari Asia Selatan menggenggam setirnya lebih erat, sementa seorang remaja bernama Aisha berbisik pada dirinya sendiri, “Aku juga bagian dari kota ini.”
Bagi sebagian orang, pidato itu hanyalah simbol.
Tapi simbol juga bisa menjadi bahan bakar sejarah.
Baca juga: Dukung Palestina, Zohran Mamdani Ingin Tangkap Netanyahu Usai Jadi Wali Kota New York
Di kota yang pernah menjadikan prasangka sebagai kebijakan, satu pernyataan semacam itu bisa menjadi awal revolusi kultural—bukan revolusi di jalanan, tapi di hati manusia.
Ia memaksa semua orang meninjau ulang makna aman, makna bebas, dan siapa yang sebenarnya terlindungi oleh kata-kata besar itu.
Mamdani tidak menjual mimpi, sebaiknya ia menantang realitas.
Ia tahu kebencian tidak bisa dihapus hanya dengan kata, tapi ia juga tahu bahwa diam berarti mengabadikannya.
Dalam dunia politik yang dikuasai kalkulasi, ia memilih risiko keberanian moral, berbicara.
Dan dalam politik, berbicara dengan kejujuran bisa jadi tindakan paling radikal.
Perubahan ini terasa tidak hanya di podium politik, tetapi di seluruh lanskap kehidupan kota.
Dua dekade terakhir, Islam di New York telah melalui perjalanan panjang—dari citra yang dicurigai menjadi bagian sah dari denyut kehidupan perkotaan.
| Samudera Pasai dalam Rihlah Ibnu Batutah, Catatan Sang Musafir dan Tafisran Orientalis – Bagian XVII |
|
|---|
| Prabowo dan Transisi Yang Belum Selesai: Inversi Model Mahathir-Najib Atau Sebaliknya? |
|
|---|
| Khan, Aboutaleb, dan Mamdani: Fenomena Migran Muslim Menjadi Pejabat Publik di Eropa dan AS |
|
|---|
| MSAKA21 - Kerajaan Samudera Pasai: Hikayat Raja Raja Pasai dan Catatan Tome Pires – Bagian XVI |
|
|---|
| Gaza dan Yahudi Amerika: Dua Generasi, Dua Hati yang Berbeda |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.