Kupi Beungoh

Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Aceh - Jakarta, dan Empat “Provinsi Pemberontak” - Bagian X

Apa yang menarik tentang perjalanan hubungan antara Aceh dan Jakarta adalah ketika Aceh ditempatkan dalam perspektif empat provinsi “pemberontak”

|
Editor: Amirullah
For Serambinews
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Pada tanggal 3 Februari 1965 , Kahar Muzakkar dinyatakan tertembak mati berikut dengan sejumlah pengikutnya. Jendral M.Yusuf, pada masa-masa awal kemerdekaan adalah ajudan Letkol Abdul Kahar Muzakkar yang berdinas di kesatuan angkatan laut ke-10 di Yogyakarta, dan tragisnya ajudannya itu bersama pasukannya yang menghabisinya.

Bagimana dengan pemberontakan PRRI di Sumatera Barat? Pemberontakan yang dipelopori oleh sejumlah perwira TNI antara lain Kolonel Ahmad Husen di Sumbar, Kolonel Maludin Simbolon di Sumut, dan Letkol Barlian di Sumsel.

Di Sulawesi gerakan ini disebut dengan Permesta yang dipimpin Letkol Vintje Samual, Kolonel Saleh Lahade, Mayor Gerungan, dan Mayor Runturambi, dan Letkol D.J Samba.

Sekalipun pemberontakan yang mengatakan dirinya untuktuk menyelamatkan Republik Indonesia itu tersebar di berbagai daerah, namun episentrumnya yang paling kuat berada di Sumatera Barat.Gerakan PRRI yang dipelopori oleh para tokoh militer yang mendapat dukungan orang-orang dari sipil yang terdiri dari politikus, tokoh agama, pejabat, dan lainnya.

Baca juga: Stunting Aceh dan Cerita Kecil Brazil - Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029 Bagian Ketiga

Sukarno bahkan menambah list pemeverontak dengan memasukkan tokoh-tokoh besar nasional dari partai Masyumi Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, Burhanuddin Harahap dan dari PSI yakni Dr.Sumitro Djojohadikusumo.

Pemerintah pusat melancarkan gerakan penumpasan yang tiada ampun. Paling kurang dua operasi besar dilakukan di Sumatera Barat, dan tiga operasi lainnya dilaksanakan di Selawesi Utara, dan Sulawesi Tengah.

Kedua Operasi itu di pimpin oleh Kolonel Ahmad Yani di Sumatera Barat dan Kolonel Ibnu Sutowo di Sumatera Operasi pemberantasan PRRI, utamanya di Sumatera Barat akhirnya berhasil dipadamkan dengan korban dua puluhan ribu jiwa, terganggunya ekonomi, pendidikan , dan kehidupan kemasyarakatan.

Pada tahun 1961, presiden Sukarno memberikan kesempatan kepada pemberontak untuk berdamai dan mendapatkan amnesti dari negara.

Lain di tiga provinsi itu lain pula di Aceh. Setelah perang beberapa lama, ketika Sukarno mengembalikan status Propinsi kepada Aceh, Hasan Saleh, tokoh dan Panglima DI/TII bersama dengan beberapa tokoh membentuk Dewan Revolusi ,menyerah, dan kembali kepada Ibu Pertiwi.

Penyerahan diri Hasan Salih adalah titik balik pemberontakan DI/TII, karena kemudian Aceh ditawarkan status Daerah Istimewa oleh Sukarno.

Baca juga: Aceh, Bihar, dan Ningxia? Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029 - Bagian Kedua

Sebelum menyerah Hasan Saleh dan kawan kawannya -DI/TII mengadakan pertemuan penting Kolonel Sjamaan Gaharu- pihak pemerintah dan menghasilkan Ikrar Lamteh. Ikrar sesama tokoh Aceh yang berlainan pandangan itu dapat dianggap sebagai titik mula normalisasi hubungan, bahkan pedamaian dari konflik DI/TII itu.

Pada awalnya Daud Beureueh menolak tawaran otonomi itu, akan tetapi perlawanan DI/ menjadi semakin melemah , terutama setelah digelarnya Ikrar Lamteh .

Persoalan itu akhirnya diselesaikan dengan proses negosiasi yang cukup kompleks, dan akhirnya Aceh diberikan status sebagai Daerah Istimewa - Daerah istimewa Aceh. Aceh diperbolehkan menerapkan syariat Islam, yang membuat Aceh menjadi pengecualian dari provinsi-provinsi lain di Indonesia.

Pemerintah akhirnya menunjuk Kolonel M.Yasin. sebagai Panglima Kodam I Iskandar Muda. Sebelum ditunjuk Yasin sempat mengikuti pendidikan militer di Forth Bliss, di perbatasan negara bagian Texas dan New Mexico, Amerika Serikat.

Pendekatan non kekersana dan daya persuasifnya yang tak biasa membuat rakyat Aceh, pasukan DI/TII, dan bahkan Daud Beureueh luluh.Setelah pertemuan pribadi dua kali dengan Daud Beureueh, akhirnya sang pemimpin pemberontakan itu kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Pada 22 Desember 1962 , konflik Aceh resmi berakhir. (Bersambung)

Baca juga: Pat Aceh Ketika Indonesia Emas 2045? Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029 - Bagian Pertama

Penulis: Sosiolog dan Guru Besar USK

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved