Kupi Beungoh

Zina Dilokalisasi, Poligami Dihujat, Paradoks Sosial dan Religius dalam Masyarakat Modern

Secara sosial, poligami dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam rumah tangga, terutama jika prinsip keadilan dan keseimbangan tidak dipenuhi

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Tgk Mustafa Husen Woyla, Ketua Umum DPP ISAD, Alumni Dayah BUDI Lamno dan Pengamat Bumoe Singet 

Namun, fakta menunjukkan bahwa lokalisasi ini tidak selalu efektif dalam mengurangi penyebaran penyakit menular seksual atau meningkatkan kesejahteraan para pekerja seks. Sebaliknya, banyak dari mereka terus menghadapi stigma sosial, kekerasan, dan eksploitasi.

Baca juga: MS Jantho Tangani 1.033 Perkara, Tertinggi Istri Ceraikan Suami, 16 Kasus Rudapaksa dan 4 Poligami

Membangun Pemahaman yang Lebih Luas tentang Nilai-nilai Kemanusiaan

Dalam mengeksplorasi kedua fenomena ini, penting untuk menelaah nilai-nilai kemanusiaan yang mendasari pandangan kita tentang poligami dan zina.

Keadilan, kesetaraan, dan penghargaan terhadap martabat manusia harus menjadi pedoman dalam menilai dan menanggapi kedua isu ini.

Promosi Dialog yang Inklusif dan Menghormati Keragaman

Islam membolehkan poligami bukan sebagai anjuran utama tetapi sebagai solusi dalam kondisi tertentu.

Banyak umat Islam yang menghargai monogami dan mempraktikkannya sebagai bentuk komitmen utama dalam pernikahan.

Sebaliknya, fenomena zina semakin marak, terutama di kalangan remaja dan mahasiswa. Pria tua sering mengejar hubungan dengan wanita yang lebih muda atau janda.

Cara-cara ini sering kali tidak manusiawi dalam menyalurkan hasrat seksual, yang mengarah pada penyebaran penyakit menular seksual, termasuk HIV, yang juga bisa menular kepada pasangan sah mereka.

Dua fenomena

Poligami dan zina adalah dua fenomena yang mencerminkan tantangan sosial dan moral yang kompleks dalam masyarakat modern.

Dengan mendalami berbagai dimensi dari kedua isu ini, kita dapat membangun pemahaman yang lebih komprehensif dan seimbang.

Masyarakat harus menghadapi kenyataan bahwa poligami dan zina tidak dapat dilihat hanya melalui lensa hukum atau moral semata, tetapi harus dipertimbangkan dalam konteks sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih luas.

Baca juga: Curhat Pria Tinggal Serumah Bersama 3 Istri, Awalnya Bahagia, Kini Menyesal Sudah Poligami

Dengan demikian, kita dapat mempromosikan keadilan, kesetaraan, dan penghormatan terhadap martabat manusia dalam semua konteks masyarakat, dan selamat dari menjadi binatang modern yang memperbudak hawa nafsu semata.

Mari kita berdoa jauh dari Zina, Allahumma innii a'uudzubika min syarri sam'i, wa min syarri bashari, wa min syarri lisani, wa min syarri qalbi, wa min syarri maniyyi.

Ya Allah, aku meminta perlindungan kepada-Mu dari kejelekan pendengaranku, dari kejelekan penglihatanku, dari kejelekan lisanku, dari kejelekan hatiku, serta dari kejelekan kemaluanku. (risalahbuyawoyla@gmail.com)

*) PENULIS adalah Ketua Umum DPP ISAD, Alumni Dayah BUDI Lamno dan Pengamat Bumoe Singet

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved