KUPI BEUNGOH

Ragam Retorika Pemimpin di Indonesia: “Ndasmu” Prabowo hingga “Bek Syeh Syoh” Mualem

Jejak digital tidak mengenal kata “maaf”. Setiap yang terucap akan terus hidup, mengendap di memori kolektif publik

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Syifaurrahmah Azhari, Mahasiswa Prodi KPI FDK UIN Ar-Raniry Banda Aceh 

Pemimpin boleh berbeda gaya, tapi tidak boleh kehilangan rasa hormat dalam berbicara. Di negeri yang sedang membangun kepercayaan publik dan merawat luka sosial, kata-kata adalah fondasi masa depan.

Untuk itu, beberapa rekomendasi penting:

1.    Pelatihan komunikasi publik bagi pejabat negara secara rutin.
2.    Penggunaan bahasa yang inklusif dan membumi, bukan intimidatif.
3.    Transparansi komunikasi, terutama dalam kebijakan sensitif.
4.    Pemanfaatan media digital sebagai ruang dialog, bukan sekadar pencitraan.

Akhirnya, kita semua berharap agar para pemimpin memahami bahwa setiap kata adalah warisan. Apa yang mereka ucapkan hari ini bisa menjadi arah masa depan bangsa.

Maka berhati-hatilah dalam bertutur, karena suara pemimpin adalah gema yang paling lama bertahan dalam ingatan rakyatnya. Semoga!

*) PENULIS adalah Mahasiswa Prodi KPI FDK UIN Ar-Raniry Banda Aceh |Email: syifaur127@gmail.com

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved