KUPI BEUNGOH
MQK Internasional: Kontestasi Kitab, Reproduksi Ulama, dan Jalan Peradaban Nusantara
MQK di Wajo menghadirkan wajah baru pesantren. Selama ini, pesantren sering dipandang hanya sebagai lembaga pendidikan tradisional.
MQK merupakan ikhtiar untuk memastikan bahwa santri tidak kehilangan keduanya: tetap berakar pada teks Ilahi, sekaligus peka pada realitas kemanusiaan.
Beranjak dari paparan di atas, Kita sangat berharap dengan momentum MQK, pesantren membuktikan diri sebagai penjaga tradisi sekaligus penggerak masa depan.
Baca juga: 8 Santri MUDI Samalanga Berjaya di MQK IV Aceh, Mubasysyir Juara Ushul Fiqh
Dari kitab kuning yang dibaca di Wajo, dunia akan mendengar kembali denyut Islam Nusantara—Islam yang otoritatif dalam ilmu, moderat dalam sikap, dan relevan dalam aksi.
Santri bukan lagi sekadar “penjaga surau”, melainkan diplomat kultural yang membawa pesan perdamaian dari pesantren ke panggung dunia.
MQK Internasional merupakan awal dari babak itu, dan sejarah akan mencatatnya. Lantas sudahkah santri berkontribusi untuk negeri dan dunia?
Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq
*) PENULIS adalah Ketua PWNU Aceh dan Anggota Majelis Masyayikh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
												      	 
												      	 
												      	 
												      	 
												      	 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.