KUPI BEUNGOH

MQK Internasional: Kontestasi Kitab, Reproduksi Ulama, dan Jalan Peradaban Nusantara

MQK di Wajo menghadirkan wajah baru pesantren. Selama ini, pesantren sering dipandang hanya sebagai lembaga pendidikan tradisional.

Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Tgk. H. Faisal Ali (Abu Sibreh), Ketua PWNU Aceh dan Anggota Majelis Masyayikh 

MQK merupakan ikhtiar untuk memastikan bahwa santri tidak kehilangan keduanya: tetap berakar pada teks Ilahi, sekaligus peka pada realitas kemanusiaan.

Beranjak dari paparan di atas, Kita sangat berharap dengan momentum MQK, pesantren membuktikan diri sebagai penjaga tradisi sekaligus penggerak masa depan. 

Baca juga: 8 Santri MUDI Samalanga Berjaya di MQK IV Aceh, Mubasysyir Juara Ushul Fiqh

Dari kitab kuning yang dibaca di Wajo, dunia akan mendengar kembali denyut Islam Nusantara—Islam yang otoritatif dalam ilmu, moderat dalam sikap, dan relevan dalam aksi.

Santri bukan lagi sekadar “penjaga surau”, melainkan diplomat kultural yang membawa pesan perdamaian dari pesantren ke panggung dunia. 

MQK Internasional merupakan awal dari babak itu, dan sejarah akan mencatatnya. Lantas sudahkah santri berkontribusi untuk negeri dan dunia?

Wallahu Muwaffiq Ila Aqwamith Thariq

*) PENULIS adalah Ketua PWNU Aceh dan Anggota Majelis Masyayikh

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

 

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved