Kupi Beungoh

Jalan Terjal Gubernur Aceh 2024-2029: Yahudi, Pendidikan, Montasik, Peusangan, Meukek - Bagian V

Dalam dunia ilmu pengetahuan tidak ada prestasi yang lebih tinggi atau hebat, kecuali menjadi pemenang hadiah Nobel.

Editor: Amirullah
YouTube Serambinews
Sosiolog dan Guru Besar USK, Prof Ahmad Humam Hamid 

Belasan abad kemudian mereka menjelma menjadi masyarakat perkotaan yang tersebar di ratusan kota Eropa dan dunia Arab , dan sama sekali tak ada urusannya dengan kehidupan pertanian dan pedesaan.

Perobahan radikal apa, atau transformasi bagaimana yang telah membuat mereka berobah 360 derajat?

Botticini dan Eckstein menolak semua penjelasan tentang “keterpilihan” Yahudi yang dikaitkan dengan penindasan dan keunggulan ras.

Buku ini menjelaskan perobahan radikal itu dimulai ketika punahnya kota Jerusalem dan hancurnya Kuil Suci Yahudi akibat Perang Yahudi-Romawi Pertama pada 66-73 Masehi.

Perang itu mempersatukan banyak sekte Yahudi karena mereka takut budayanya akan hilang dan kelangsungan ras mereka menghadapi ancaman kepunahan. Apa yang harus dilakukan? Apa yang harus diprioritaskan? Apa yang akan menjadi sumber pemersatu?

Untuk menjamin keberlanjutan kehidupan ras Yahudi, para pemuka Yahudi, utamanya para “rabi”-pendeta Yahudi mengambil sikap sekaligus menyerukan kepada kaumnya untuk kembali kepada kitab Taurat-versi mereka tentunya.

Mereka mewajibkan anak laki Yahudi untuk membaca dan bahkan menulis Taurat dalam bahasa Ibrani.

Bahasa Ibrani yang dalam kehidupan sehari-hari mereka sebagai bahasa percakapan, ditransformasikan dengan cukup sungguh-sungguh oleh pemuka agama mereka untuk dikuasai secara tulisan.

Apakah disengaja ataupun tidak, atau sebut saja kecelakaan atau keuntungan sejarah, kejadian literasi massal pertama dalam sejarah peradaban justeru dimulai oleh masyarakat Yahudi hampir 2000 tahun yang lalu. Dań uniknyą upaya literasi itu adalah “perintah” agama yang dipelopori oleh para pendeta mereka sendiri.

Untuk memperkuat proses literasi dan pembelajaran Taurat dan bahasa Ibrani, anak lelaki keluarga Yahudi semenjak tahun 70 Masehi diwajibkan mengikuti sekolah yang diselengarakan di Sinagoge- rumah ibadah Yahudi.

Kekuatan pemersatu Kuil Agung Yahudi yang diruntuhkan oleh penguasa Romawi digantikan dengan kekuatan pemersatu Taurat, yang kuncinya adalah literasi.

Ketika anak-anak dan orang dewasa Yahudi menguasai Taurat, baca dan tulis dalam bahasa Ibrani, mereka dengan mudah pula mampu membaca teks-teks lain seperti surat dan berbagai kontrak. Mereka mulai memasuki literasi umum.

Pada periode 70-1492, Botticini dan Eckstein menemukan bukti-bukti sejarah betapa orang Yahudi mempelajari dan menguasai dengan baik berbagai bahasa lokal tempat dimana mereka tinggal, misalnya bahasa Aram-bahasa kuno Suriah , Yunani, Latin, Arab, Spanyol, dan Jerman.

Apa yang terjadi dalam perjalanan sejarah ketika mayoritas orang lain buta huruf, kaum Yahudi minoritas merupakan kaum melek huruf mayoritas, walaupun dalam bahasa lokal tempat dimana mereka tinggal. Hal inilah yang membuat mereka maju dua tiga langkah dalam perdagangan, keuangan dan perbankan, dan dunia kesehatan (Bersambung)

Penulis: Sosiolog dan Guru Besar USK

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved