KUPI BEUNGOH

Mencari Jalan Terbaik untuk Geurutee:Jembatan Spiral, Terowongan, Jembatan Layang atau Revitalisasi?

Keempatnya memiliki kelebihan dan kekurangan yang patut ditimbang secara hati-hati, bukan hanya dari sisi teknis dan biaya, tetapi juga dari aspek..

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Guru Besar Bidang Geologi Kelautan Universitas Syiah Kuala, Prof. Dr. Ir. Muhammad Irham, S.Si, M.Si. 

Oleh karena itu, dibutuhkan bahan konstruksi tahan korosi, sistem proteksi katodik, dan jadwal pemeliharaan rutin agar jembatan tetap aman dan berfungsi optimal dalam jangka panjang.

Apakah Anda ingin narasi ini dilengkapi dengan ilustrasi atau diagram teknis?

4. Revitalisasi Jalan Eksisting

Opsi keempat adalah revitalisasi jalan eksisting atau pembangunan jalan alternatif.

Ini adalah solusi jangka pendek yang paling murah dan cepat, tetapi tidak menyelesaikan akar masalah.

Jalan eksisting tetap rawan longsor dan kerusakan akibat cuaca ekstrem.

Sementara pembangunan jalan alternatif menghadapi tantangan besar dalam hal pembebasan lahan dan dampak terhadap lingkungan.

Revitalisasi jalan existing di Geurutee menawarkan keuntungan signifikan, terutama dari segi biaya dan waktu.

Dibandingkan membangun jembatan laut atau terowongan baru, opsi ini jauh lebih ekonomis karena hanya memerlukan pelebaran, perkuatan lereng, peningkatan sistem drainase, serta pemasangan pelindung jalan. 

Proses pengerjaannya pun relatif cepat karena memanfaatkan infrastruktur jalan yang sudah ada, sehingga hanya perlu ditingkatkan secara teknis.

Selain itu, revitalisasi ini menghindari tantangan besar seperti konstruksi di laut dalam maupun pengeboran batuan karbonat yang rawan pelarutan, sebagaimana ditemukan dalam pembangunan terowongan. Solusi ini efisien dan praktis.

Revitalisasi jalan existing di Geurutee menghadapi tantangan dan risiko serius.

Meskipun diperkuat, risiko longsor tetap tinggi karena struktur geologi gunung terdiri dari batuan karbonat lapuk dengan banyak retakan alami.

Lereng yang labil ini memerlukan perawatan jangka panjang yang intensif, seperti pembersihan material longsor dan pengecekan rutin struktur penahan. 

Dalam jangka panjang, biaya pemeliharaan bisa mendekati biaya pembangunan infrastruktur baru.

Selain itu, saat cuaca buruk, jalan rawan tertutup longsor atau pohon tumbang, mengganggu konektivitas. Ruang sempit antara tebing dan laut juga membatasi pelebaran jalan, menyulitkan pengembangan kapasitas jalur.

Kesimpulan

Jika dilihat dari ketahanan terhadap bencana, efisiensi jangka panjang, dan keberlanjutan, maka Jalan Layang menjadi pilihan paling strategis.

Meskipun mahal, ia memberikan keamanan, efisiensi, dan kestabilan akses jangka panjang.

Terowongan Geurutee merupakan opsi kedua yang patut diperhitungkan juga. Membangun terowongan lebih mahal dari jembatan layang ditambah dengan formasi geologi batuan kars yang susah untuk diprediksi.

Jembatan spiral dapat menjadi pelengkap pada bagian tertentu, sementara revitalisasi jalan lama dapat tetap dilakukan sebagai solusi sementara.

Sebagai penutup bahwa keputusan pembangunan infrastruktur di Geurutee tidak boleh didasarkan pada pertimbangan jangka pendek semata.

Dibutuhkan visi jangka panjang, keberanian politik, dan komitmen investasi untuk menjadikan wilayah ini benar-benar tangguh dan terhubung secara aman.

Geurutee adalah pintu gerbang wilayah Barat Selatan Aceh, dan infrastruktur yang tepat akan menentukan masa depan konektivitas dan pertumbuhan ekonomi kawasan ini. (*)

*) PENULIS adalah Guru Besar Bidang Geologi Kelautan Universitas Syiah Kuala

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved